회복이 가슴
HEALING HEART
Black Romance present…
A story by JH_Nimm
Title: Heal Your Heart
Also known as: Healing Heart
Genre: Sad, Romance, Hurt, Family,
Friendship
Rating: T
Length: 1 of 2
Cerita
ini adalah sebuah FIKTIF belaka, apabila ada kesamaan nama, tempat dan
kejadian, semata-mata karena ketidaksengajaan.
All casts are belong to God, but this
story is JH_Nimm’s.
Don’t re-share without my permission.
Don’t forget to leave your
appreciation.
Happy Reading… Thank you… :3
Note: yang di tulis miring adalah
flashback
BACK SOUND:
Infinite
– Still I Miss You
CAST:
Lee Ji Hyeon
Jung Il Hoon
Park Jung Su
Jung Min Joo
Yang Jin Man Seonsaengnim
And other cast…
~~
PROLOG ~~
Aku akan menyeka setiap air matamu
ketika kau menangis
Aku akan menjadi sandaranmu ketika kau
merasa lelah
Dan aku akan mengobatimu sedalam apapun
luka yang kau rasakan
Karena keinginanku teramat sederhana,
yaitu hanya melihatmu tersenyum
Karena senyumanmu adalah kebahagian
bagiku
(2013/06/03)
=== PART 1 ===
Author’s POV
Kilau putih keemasan sang penghangat
pagi kembali bersinar di pelupuk timur. Sinarnya menembus setiap ruang kosong
jagat raya, mencoba menghangatkan kembali segala hal yang sempat mendingin
karena sapaan sang malam. Burung-burung beterbangan seolah menyambut kedatangan
sang mentari. Setiap kicauan yang bersahutan bahkan terdengar ceria. Di pelupuk
dedaunan, buliran bening jejak sang malam bahkan turut memantulkan cahaya putih
keemasan yang menyapanya, membuat pagi ini menjadi semakin cerah.
Di halaman Cube Entertainment High
School, tampak seorang pemuda tengah berjalan menuju ke gedung sekolah yang
cukup asing baginya itu. Seorang pemuda tampan dengan sebuah topi yang
bertengger di kepalanya itu mengedarkan pandangannya memperhatikan setiap
detail sekolah itu. Namun seketika langkah kakinya terhenti ketika di bawah
sebuah pohon maple yang terletak
tepat di samping gedung sekolah ada seorang gadis tengah membaca buku di sana.
Pemuda itu tetap memandang sang gadis yang sanggup mengalihkan perhatiannya
bahkan sanggup mengalihkan pikirannya hingga ia lupa tujuannya semula.
TING… TONG…
Terdengar suara bel yang menjadi
pertanda masuk. Pemuda itu tersadar dan kembali mengarahkan pandangannya pada
gedung sekolah. (http://jh-nimm.blogspot.com)
“Ah, sudah masuk, eotteohke…” ucapnya.
Pemuda itu pun kembali mengarahkan
pandangannya pada pohon maple yang
daun nya mulai menguning itu. Namun ia tak menemukan gadis itu lagi, karena
gadis itu sudah pergi. Pemuda itupun melanjutkan perjalanannya menelusuri
gedung sekolah itu sendirian hanya untuk mencari ‘ruang guru’.
“Aigoo,
eodi ittnya?” gerutu pemuda itu.
Ketika ia menelusuri koridor, ia
bertemu dengan seorang pria paruh baya yang tampaknya adalah guru di sana.
“Aigoo,
ini sudah waktunya untuk masuk ke kelas, kenapa kau masih di sini?” tegur pria
paruh baya itu.
“Joesonghamnida,
Seonsaengnim, aku siswa baru di sini dan aku sedang mencari ruang guru,”
jelas pemuda itu.
“Ah, rupanya kau siswa baru di
kelasku. Aku sudah menunggumu sejak tadi,” ucap guru itu.
“Joesonghamnida,
tadi aku tersesat,” jelas pemuda itu lagi.
“Gwaenchanha,
ketika pertama kalinya aku datang ke mari, aku juga begitu. Ah ya, perkenalkan,
Yang Jin Man imnida, aku pengajar vokal di sini sekaligus wali
kelas 3-A,” pria paruh baya itu memperkenalkan dirinya.
“Ah,
ne, annyeong hasimnikka, Seonsaengnim, bangapseumnida…” sahut pemuda itu.
“Kaja…”
ucap Yang Jin Man Seonsaengnim.
Yang Jin Man Seonsaengnim pun membawa pemuda itu menuju ke kelas 3-A. kelas yang
berisi siswa-siswa dengan nilai di atas rata-rata dan siswa-siswa berprestasi
di Cube Entertainment High School itu.
Setibanya di kelas, Yang Jin Man Seonsaengnim segera masuk ke dalam kelas
dengan di ikuti pemuda itu.
“Aedeul,
joheun achim…” sapa Yang Jin Man Seonsaengnim.
“Joheun
achim, seonsaengnim…” jawab seluruh siswa kelas 3-A serempak.
“Hari ini aku membawakan seorang
teman baru untuk kalian. Ayo, perkenalkan dirimu,” ucap Yang Jin Man Seonsaengnim.
“Ne,
annyeong haseyo yeorobun, jeoneun Il Hoon, Jung Il Hoon imnida, bangapseumnida…”
pemuda yang ternyata bernama Il Hoon itu memperkenalkan dirinya.
Il Hoon pun mengedarkan pandangannya
ke seluruh ruang kelas, dan ia mendapati gadis yang tadi di lihatnya itu duduk
di barisan kedua di dekat jendela.
“Mohon bantuannya, gamsahamnida…” ucap Il Hoon tanpa
melepaskan tatapannya dari gadis itu.
“Ah, Il Hoon-kun, kau duduk di
sana,” ucap Yang Jin Man seraya menunjuk sebuah bangku yang memang kosong di
barisan ketiga di dekat jendela dan tepat di sebelah gadis itu.
“Ne,
seonsaengnim…” ucap Il Hoon seraya menuju ke bangkunya.
Il Hoon pun duduk di bangkunya,
tetapi ia kembali menatap gadis yang sanggup membuatnya tak berhenti
mengalihkan perhatian itu. Sementara di depan kelas, Yang Jin Man Seonsaengnim sudah memulai pelajarannya.
****
Ketika jam istirahat tiba, Il Hoon
mencari-cari gadis yang sanggup mengalihkan perhatiannya sejak pertama kali
melihatnya itu. Ya, Il Hoon begitu penasaran dengan sosok gadis itu, terlebih
lagi tadi di kelas ia belum sempat berkenalan dengan gadis itu. Kebetulan
sekali, saat itu Il Hoon menemukan gadis itu baru keluar dari perpustakaan.
“Yeogi…”
panggil Il Hoon, namun gadis itu sama sekali tak menghiraukan Il Hoon dan terus
berjalan melewati koridor yang akan membawanya ke luar itu.
Il Hoon pun mengejar gadis itu dan
berjalan di samping gadis itu.
“Annyeong…”
sapa Il Hoon.
Gadis itu tetap tak menghiraukan Il
Hoon. Tapi Il Hoon tak mau menyerah, ia tetap mengikuti gadis itu.
“Hmm…
ireumi mwoyeyo?” tanya Il Hoon.
Gadis itu masih tak menghiraukan Il
Hoon.
“Tadi aku melihatmu sedang membaca
buku di bawah pohon maple…” ucapan Il
Hoon tertahan ketika gadis itu menghentikan langkahnya.
Gadis itu menatap Il Hoon dengan
dingin, membuat Il Hoon sedikit terkejut dan heran.
“Bisakah kau berhenti mengikutiku?”
hanya itu kata-kata yang gadis itu ucapkan.
“Nan
geunyang…” Il Hoon bingung harus menjawab apa.
Gadis itu seolah tak mau mendengar
penjelasan Il Hoon, ia pun kembali melanjutkan perjalanannya menuju ke halaman
belakang sekolah. Rupanya Il Hoon tak mau menyerah dan tetap mengikuti gadis
itu. Namun ketika melewati lapangan olah raga, beberapa siswa tampak tengah
bermain bola dan bola itu terpental ke arah gadis itu. Ketika bola itu hampir
mengenai gadis itu, Il Hoon segera menarik tangan gadis itu hingga secara tidak
sengaja mereka jatuh dengan posisi Il Hoon berada di atas tubuh gadis itu.
“Lepaskan!” ucap gadis itu seraya
mendorong tubuh Il Hoon.
Il Hoon hanya menatap gadis itu.
Dari jarak yang sangat dekat, Il Hoon memperhatikan setiap lekuk wajah gadis
itu. Matanya yang berwarna kecoklatan, hidungnya yang mancung, bibirnya yang
berwarna pink dan kulitnya yang
seputih susu membuat Il Hoon semakin mengagumi gadis itu.
“YA!
Kalian tidak apa-apa?” terdengar sebuah suara.
“Lepaskan!” ucap gadis itu lagi
seraya mendorong tubuh Il Hoon.
Il Hoon tersadar dan segera
melepaskan gadis itu.
“Gwaenchanhayo?”
tanya seorang siswa.
“Gwaenchanha…”
jawab Il Hoon.
“Ji Hyeon-a, gwaenchanha?” tanya siswa itu lagi.
Gadis yang ternyata bernama Ji Hyeon
itu hanya menatap siswa itu dan segera kembali melanjutkan perjalanannya menuju
halaman belakang tanpa menghiraukan Il Hoon dan siswa lain yang khawatir bola
itu mengenainya. (http://jh-nimm.blogspot.com)
“Ji
Hyeon, jadi itu namamu…” gumam batin Il Hoon.
****
Semakin hari, Il Hoon terus berusaha
mendekati Ji Hyeon, walaupun sudah sangat jelas bahwa respon Ji Hyeon sangat
dingin, bahkan teramat dingin terhadapnya, tetapi Il Hoon tak mudah menyerah.
Saat itu, seperti biasa Ji Hyeon tengah membaca di bawah pohon maple, Il Hoon pun menghampiri Ji Hyeon dan duduk di
samping Ji Hyeon.
“An…”
belum sempat Il Hoon menyapa gadis itu, tetapi gadis itu segera menutup bukunya
dan beranjak meninggalkan Il Hoon yang masih terduduk di bawah pohon maple itu.
Lalu ketika di perpustakaan, Il Hoon
sengaja pura-pura mencari buku padahal sebenarnya ia mengikuti Ji Hyeon.
Rupanya Ji Hyeon menyadari keberadaan Il Hoon dan segera keluar dari perpustakaan.
Il Hoon mengikuti Ji Hyeon keluar dari perpustakaan, tapi Il Hoon tidak
menemukan Ji Hyeon. rupanya Ji Hyeon tengah bersembunyi di balik loker yang
berjejer di dekat pintu perpustakaan dan Il Hoon tidak menyadari hal itu.
Kali ini adalah latihan olah vokal,
Yang Jin Man Seonsaengnim meminta
para siswa untuk berpasangan karena mereka akan berlatih lagu duet. Il Hoon
rupanya menjadikan Ji Hyeon sebagai partnernya
walau sebenarnya setiap latihan olah vokal sebelum kedatangan Il Hoon, Ji Hyeon
selalu sendiri. Ya, karena Ji Hyeon merupakan pemain musik dan penyanyi terbaik
di Cube Entertainment High School dan selalu dijadikan pengiring ketika para
siswa latihan. Tetapi ketika memasuki tahun ketiga, Ji Hyeon berhenti menyanyi
tanpa alasan.
“Ji Hyeon-a, kali ini kau harus
menyanyi kembali bernyanyi. Karena bukan hanya aku, tetapi semua guru bahkan
semua siswa di sini pasti merindukan suaramu,” ucap Yang Jin Man Seonsaengnim ketika semua siswa kembali
ke kelas meninggalkan Ji Hyeon, Il Hoon dan Yang Jin Man Seonsaengnim di ruang latihan.
“Shirheo…”
hanya itu jawaban yang Ji Hyeon berikan.
“Wae?”
tanya Yang Jin Man Seonsaengnim.
“Karena tidak ada alasan bagiku
untuk bernyanyi lagi,” jawab Ji Hyeon seraya berlalu meninggalkan Il Hoon dan
Yang Jin Man Seonsaengnim.
Ketika Ji Hyeon berlalu, Il Hoon
menatap Yang Jin Man Seonsaengnim.
“Seonsaengnim,
wae?” tanya Il Hoon.
“Selalu itu jawaban yang dia berikan
setiap aku memintanya kembali bernyanyi,” jawab Yang Jin Man Seonsaengnim.
“Aku
harus mencari tahu penyebabnya,” gumam batin Il Hoon.
****
Di hari minggu pagi yang indah ini,
Il Hoon memutuskan untuk pergi bersepeda di tepi Sungai Han. Ketika Il Hoon
tengah asyik bersepeda, rupanya ia menangkap sosok gadis yang begitu ia kenali.
Gadis itu tak lain adalah Ji Hyeon, yang selalu sanggup mengalihkan
perhatiannya itu. Il Hoon menghentikan sepedanya tepat di dekat Ji Hyeon.
“Ji Hyeon-a…” Il Hoon menyapa Ji
Hyeon yang tengah melemparkan kerikil-kerikil kecil ke sungai.
Ji Hyeon tidak menoleh sama sekali.
Ia tetap melemparkan kerikil kecil yang berada di genggamannya itu hingga
habis.
“Apa yang sedang kau lakukan di
sini?” tanya Il Hoon.
Ji Hyeon tak bergeming. Ketika
kerikilnya habis, Ji Hyeon segera meninggalkan Il Hoon.
“YA!
Jamkkanman…” ucap Il Hoon seraya
mengayuh kembali sepedanya untuk mengejar Ji Hyeon.
Il Hoon tetap mengikuti Ji Hyeon,
tapi tiba-tiba ia kehilangan keseimbangan.
BRUUKK…
Terdengar suara Il Hoon yang jatuh
dari sepeda. Mendengar suara itu, Ji Hyeon menghentikan langkahnya lalu
berbalik untuk melihat kondisi Il Hoon yang sedang berusaha berdiri sambil
meniup-niup luka di sikut kirinya.
“Gwaenchanha…”
ucap Il Hoon yang menyadari Ji Hyeon tengah menatapnya itu.
Tanpa Il Hoon duga, rupanya Ji Hyeon
berjalan ke arahnya dan bahkan menarik tangan kirinya itu.
“Gidarilke…”
ucap Ji Hyeon yang lalu pergi entah kemana.
Il Hoon pun duduk di atas rerumputan
seraya meniup-niup luka di sikut kirinya dan lutut kirinya itu. Ya, saat itu Il
Hoon mengenakan celana pendek selutut, membuat lututnya menjadi korban
‘kecelakaan kecilnya’ itu juga. Tak berapa lama rupanya Ji Hyeon kembali. Ji
Hyeon segera duduk di samping kiri Il Hoon, sementara Il Hoon hanya menatapnya
dengan heran.
“Kau…” ucapan Il Hoon tertahan
ketika Ji Hyeon menarik tangannya yang terluka.
Ji Hyeon pun membersihkan luka di
sikut Il Hoon.
“Aaarrgghh…” Il Hoon sedikit
meringis kesakitan ketika Ji Hyeon memberikan obat di lukanya.
Ketika Ji Hyeon membalut lukanya, Il
Hoon hanya bisa menahan rasa sakitnya sambil memandangi wajah Ji Hyeon yang
selalu membuatnya seolah melupakan hal lain dan hanya Ji Hyeon yang berada di
pikirannya.
“Aaarrgghh…” Il Hoon kembali
meringis ketika Ji Hyeon memberikan obat di lututnya.
“Untuk hari ini, jangan biarkan
lukamu terkena air dan debu,” ucap Ji Hyeon setelah selesai membalut luka Il
Hoon.
“Gomawo…”
hanya itu yang sanggup Il Hoon ucapkan tanpa melepaskan tatapannya dari Ji
Hyeon.
Menyadari Il Hoon terus menatapnya,
Ji Hyeon merasa sedikit aneh. Terlebih lagi senyuman terus terkembang di wajah
Il Hoon.
“Aku… harus pulang,” ucap Ji Hyeon.
Ketika Ji Hyeon hendak beranjak, Il
Hoon meraih tangan Ji Hyeon untuk menahan Ji Hyeon.
“Wae?”
tanya Il Hoon.
“Wae?...
mwoya?” tanya Ji Hyeon balik.
“Kenapa kau mengobatiku?” tanya Il
Hoon.
“Anggap saja ini ucapan terima
kasihku karena saat itu juga kau sempat menolongku,” jawab Ji Hyeon.
“Apa mulai saat ini aku bisa menjadi
temanmu?” tanya Il Hoon tanpa melepaskan tatapannya dari Ji Hyeon. (http://jh-nimm.blogspot.com)
Ji Hyeon hanya menatap Il Hoon. Dari
mata Il Hoon, ia dapat melihat ketulusan bahwa Il Hoon sungguh ingin menjadi
temannya. Bahkan selama ini, Il Hoon juga selalu berusaha untuk dekat
dengannya, meskipun Ji Hyeon juga menyadari bahwa ia selalu menghindari Il
Hoon.
“Ne…”
jawab Ji Hyeon.
Seulas senyuman cerah tersungging di
wajah Il Hoon ketika ia mendengar jawaban Ji Hyeon. Il Hoon pun beranjak dari
duduknya bermaksud untuk merayakan ‘kemenangannya’ itu.
“Aarrgh…” ringis Il Hoon ketika ia
menyadari bahwa ia tengah terluka.
Melihat tingkah laku Il Hoon, seulas
senyuman juga terukir di wajah Ji Hyeon. Melihat Ji Hyeon tersenyum, saat itu
juga Il Hoon ingin dunia berhenti. Terlebih lagi, itu adalah kali pertama bagi
Il Hoon melihat Ji Hyeon yang selama ini bersikap dingin padanya itu tersenyum.
Senyuman yang begitu cerah, yang bagi Il Hoon bahkan mampu mengalahkan cerahnya
hari itu.
****
Setelah kejadian ‘kecelakaan kecil’
itu, Il Hoon dan Ji Hyeon semakin dekat. Bahkan kali ini ketika Ji Hyeon tengah
membaca buku di bawah pohon maple, Il
Hoon selalu menemaninya dan menceritakan hal-hal lucu padanya. Ya, sebisa
mungkin Il Hoon akan membuat Ji Hyeon tersenyum, bahkan tertawa.
Ketika di perpustakaan, jika
biasanya Il Hoon hanya mengikuti Ji Hyeon, kali ini ia dan Ji Hyeon mencari
buku-buku yang menarik bahkan membacanya bersama-sama sambil sesekali bercanda
membuat pengunjung perpustakaan lainnya berkali-kali memberikan peringatan pada
mereka untuk tidak berisik.
Bahkan ketika latihan vokal, Ji
Hyeon mengiringi Il Hoon berlatih, namun beberapa kali Il Hoon lupa lirik
lagunya dan ketika itu juga Il Hoon dan Ji Hyeon tertawa bersama.
“Bagaimana
bisa mereka tertawa bersama seperti itu? Dan bagaimana bisa Il Hoon membuat Ji
Hyeon kembali ceria?” gumam batin Yang Jin Man Seonsaengnim yang rupanya memperhatikan Ji Hyeon dan Il Hoon.
“Il Hoon-kun, ada yang ingin aku
bicarakan,” ucap Yang Jin Man Seonsaengnim
ketika Il Hoon baru saja selesai latihan.
“Mworago,
Seonsaengnim?” tanya Il Hoon.
Namun Yang Jin Man Seonsaengnim belum mau bicara sampai
semua siswa keluar dari ruang latihan.
“Seonsaengnim…”
ucap Il Hoon.
“Mwol
eoddeokhae?” tanya Yang Jin Man Seonsaengnim.
“Mwoya?”
tanya Il Hoon balik.
“Ji Hyeon, bagaimana bisa kau
membuatnya kembali ceria seperti itu?” tanya Yang Jin Man Seonsaengnim.
“Dengan ketulusan,” jawab Il Hoon.
“Selama ini mungkin Ji Hyeon baru bisa merasakan ketulusanku, sehingga ia baru
bisa menerimaku dan satu hal yang ku inginkan adalah memang melihat senyumannya
dan aku begitu bahagia ketika melihatnya tersenyum untuk pertama kalinya.
Sebuah senyuman yang sepertinya sempat hilang darinya,” jelas Il Hoon.
“Kau… mencintainya?” tanya Yang Jin
Man Seonsaengnim tiba-tiba.
“Moreugesseumnida.
Hanya saja ada yang membuatku ingin selalu bersamanya. Bahkan terkadang ketika
aku memikirkannya, aku sulit untuk tidur. Lalu jantungku terkadang seolah sulit
untuk ku kendalikan ketika aku melihatnya tersenyum,” jelas Il Hoon.
“Geuraettguna…”
ucap Yang Jin Ma Seonsaengnim seraya
mengangguk-anggukkan kepalanya. “Baiklah, hanya itu yang ingin aku tanyakan,
kau boleh pergi sekarang,”
“Ne…”
ucap Il Hoon seraya melangkahkan kakinya meninggalkan Yang Jin Man Seonsaengnim di ruang latihan.
****
Malam harinya, Il Hoon dan Ji Hyeon
berjalan-jalan di taman kota. Bahkan mereka mampir ke sebuah taman bermain.
“Ji Hyeon-a, kau tahu, sewaktu aku
masih kecil, aku dan kakakku sangat sering bermain di sini. Ah, aku sangat
merindukan tempat ini. Terakhir aku kemari adalah mungkin sekitar 10 tahun yang
lalu sebelum orang tuaku membawaku dan kakakku ke Busan. Dan barulah 2 bulan
yang lalu setelah kakakku menikah, kakakku membawaku kembali ke Seoul,” ucap Il
Hoon.
“Lalu orang tuamu?” tanya Ji Hyeon.
“Mereka masih di Busan untuk
mengurusi peternakan keluarga,” jawab Il Hoon. “Hmm… bagaimana jika ketika ada
waktu senggang aku mengajakmu ke sana?”
“Shirheo…”
jawab Ji Hyeon.
“Ah, wae?” tanya Il Hoon.
“Aku tidak suka mengunjungi
peternakan,” jawab Ji Hyeon yang sebenarnya hanya menggoda Il Hoon itu.
“Wae?”
tanya Il Hoon.
“Karena baunya sepertimu,” jawab Ji
Hyeon seraya mengambil ancang-ancang lalu berlari.
“YA!”
ucap Il Hoon seraya mengejar Ji
Hyeon.
Il Hoon dan Ji Hyeon terus saling
mengejar satu sama lain. Hingga akhirnya Il Hoon berhasil meraih tangan Ji
Hyeon dan menarik Ji Hyeon. Tanpa sengaja, Il Hoon menarik Ji Hyeon ke dalam
pelukannya. Il Hoon dan Ji Hyeon saling menatap. Il Hoon merasakan debaran
jantungnya semakin kencang mendapati Ji Hyeon berada dalam pelukannya dan jarak
antara wajahnya dan wajah Ji Hyeon sangat dekat.
“Mwol?”
tanya Ji Hyeon.
Il Hoon tetap menatap Ji Hyeon.
Tanpa di sadari, Il Hoon semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Ji Hyeon.
Semakin dekat… semakin dekat… dan…
CUP!
Kedua sayap bibir Il Hoon mendarat
dengan sempurna di bibir Ji Hyeon. Ji Hyeon sempat terkejut dengan perlakuan Il
Hoon, tetapi ketika Il Hoon mengecup bibirnya dengan lembut, perlahan Ji Hyeon
memejamkan matanya.
****
“Kenapa kau pulang terlambat?” tanya
seorang perempuan ketika melihat Il Hoon memasuki rumah dengan nuansa klasik
itu. (http://jh-nimm.blogspot.com)
“Ah, noona... Aku berjalan-jalan sebentar di taman dengan temanku,”
jawab Il Hoon.
Wanita yang ternyata adalah noona-nya Il Hoon itu memperhatikan
adiknya baik-baik.
“Min Joo-ya, tampaknya adikmu ini
tengah bahagia,” terdengar suara seorang pria.
Il Hoon hanya tersenyum sembari
mengelus pundaknya.
“Ah, biar ku tebak, kau pasti
berjalan-jalan dengan pacarmu,” ucap pria itu.
“YA!
Hyung, aniyo…” ucap Il Hoon.
“Geurigo,
nugu?” tanya pria itu.
“Bukan siapa-siapa…” jawab Il Hoon.
“Min Joo-ya, tampaknya adik iparku
ini sedang jatuh cinta,” ucap pria yang ternyata kakak ipar Il Hoon itu.
“Aniya…”
ucap Il Hoon seraya mengejar kakak iparnya itu, sementara Min Joo, hanya
tertawa kecil ketika memperhatikan tingkah laku adiknya dengan suaminya itu.
****
Ketika itu, Ji Hyeon baru saja
keluar dari perpustakaan, ia merasa ada yang mengikutinya, tapi Ji Hyeon tidak
menghiraukannya karena Ji Hyeon tahu itu pasti Il Hoon. Ji Hyeon pun tidak
biasanya masuk ke ruang latihan vokal, meskipun menyadari masih ada yang
mengikutinya. Ji Hyeon menuju ke piano. Ji Hyeon menyentuh piano itu.
“Chajattda…”
ucap Ji Hyeon seraya membalikkan badannya dengan tiba-tiba.
“OH!” ucap Il Hoon terkejut karena
Ji Hyeon membalikkan badannya dengan tiba-tiba.
“Dengan mengikutiku secara diam-diam
seperti tadi kau pikir akan membuatku takut, hmm?” tanya Ji Hyeon.
“Ani,
aku tak bermaksud menakutimu,” elak Il Hoon.
“Geurigo,
wae?” tanya Ji Hyeon.
“Ah, sudahlah lupakan,” ucap Il
Hoon. “Sekarang sebaiknya kau mainkan sebuah lagu… dan bernyanyilah. Aku ingin
mendengarmu bernyanyi,”
Ji Hyeon pun duduk di hadapan piano
itu dan jemari lentiknya itu mulai menyentuh tuts-tuts piano merangkai sebuah
alunan yang begitu merdu.
“Jakkuman jakkuman ireomyeon
andwae hajiman
(aku
tak bisa tetap, tetap, tetap melakukannya, tetapi)
Almyeonseo almyeonseo gyeosok neoege
kkeullyeoga
(meskipun
aku tahu, meskipun aku tahu, aku tetap tertarik padamu)
Nae mameul bbaeatgo nae ane deureowa
(kau
mencuri hatiku dan kau masuk ke dalam hatiku)
Nareul nabbeuge hae, nareul
michigehae”
(kau
membuatku buruk, kau membuatku gila)
Itulah sebait lagu yang Ji Hyeon
nyanyikan. Il Hoon bertepuk tangan ketika Ji Hyeon selesai menyanyikanya.
“Joha…
joha…” ucap Il Hoon.
Ji Hyeon hanya tersenyum mendengar
Il Hoon memujinya. Sementara itu, di luar ruang vokal, tampak Yang Jin Man Seonsaengnim tengah memperhatikan Ji
Hyeon dan Il Hoon.
“Ji
Hyeon-a, akhirnya kau mau bernyanyi kembali, meskipun lagu yang kau nyanyikan
adalah lagu yang sedih,” gumam batin Yang Jin Man Seonsaengnim.
****
Sore harinya, seperti biasa Il Hoon
dan Ji Hyeon pulang bersama. Mereka berjalan kaki menelusuri jalanan yang akan
membawa mereka pulang dan kebetulan satu arah itu.
“Noona…”
panggil Il Hoon kepada seorang perempuan yang baru saja keluar dari sebuah mini
market itu.
Wanita itu menoleh dan tersenyum ke
arah Il Hoon.
“Ji Hyeon-a, itu kakakku. Aku
kenalkan kau padanya, ne?” ucap Il
Hoon seraya menarik tangan Ji Hyeon.
Il Hoon membawa Ji Hyeon menghampiri
kakaknya itu.
“Noona,
kenalkan, ini Ji Hyeon,” ucap Il Hoon.
“Annyeong
haseyo, jeoneun Ji Hyeon imnida, bangapseumnida…” Ji Hyeon memperkenalkan
dirinya.
“Ah, naneun Min Joo imnida, Il Hoonui Noona,” Min Joo juga
memperkenalkan dirinya. “Rupanya kau benar sangat cantik, Il Hoon sering
menceritakan tentangmu padaku,”
“Noona…”
ucap Il Hoon seraya memberikan isyarat pada kakaknya itu untuk tidak mengatakan
hal-hal yang memang sering ia ceritakan.
“Gamsahamnida…”
Ji Hyeon tersipu.
“Ji Hyeon-a, kau tahu, Il Hoon
sangat sering menceritakan tentangmu padaku dan suamiku. Kami bahkan sempat
berpikir kau adalah pacarnya Il Hoon,” ucap Min Joo.
“Noona…”
lagi-lagi Il Hoon memberikan isyarat pada Min Joo untuk tutup mulut.
“Il Hoon juga sering menceritakan
tentang Eonni padaku,” ucap Ji Hyeon.
“Ah, geuraesseo?” tanya Min Joo.
Ji Hyeon hanya menjawab pertanyaan
Min Joo dengan menganggukkan kepalanya.
“Aigoo,
Il Hoon-a, apa yang kau ceritakan pada Ji Hyeon? Kau tidak menceritakan yang
aneh-aneh, kan?” tanya Min Joo seraya menyenggol tangan Il Hoon dengan
sikutnya.
“Menurutmu apa yang akan ku
ceritakan, Noona?” tanya Il Hoon
balik.
“Ah, Ji Hyeon-a, bagaimana jika kau
mampir ke rumah kami?” tanya Min Joo. “Kita makan malam bersama…”
Ji Hyeon tampak mempertimbangkan
ajakan Min Joo.
“Ne?”
ajak Il Hoon.
“Min Joo-ya, kenapa kau banyak
sekali membeli salad?” terdengar suara seorang pria yang baru saja keluar dari mini market itu juga. (http://jh-nimm.blogspot.com)
Mendengar suara itu, Ji Hyeon segera
mengalihkan pandangannya kepada sang pemilik suara.
“Ah ya, Ji Hyeon-a, kenalkan, ini
Jung Su Hyung, suami kakakku…” ucap
Il Hoon.
Pria bernama Jung Su itu hanya
menatap Ji Hyeon, begitu juga Ji Hyeon.
“An…
nyeong haseyo…” sapa Ji Hyeon ragu.
“Ne…
annyeong…” sapa Jung Su balik.
“Ji
Hyeon-a, ne?” ajak Min Joo.
Pria itu tetap mengarahkan
tatapannya pada Ji Hyeon.
“Ne?”
ajak Il Hoon lagi.
“Mianhae,
hari ini aku ada janji dengan ibuku,” Ji
Hyeon menolak ajakan mereka dengan halus.
“Sayang sekali, padahal aku akan
membuatkan makanan kesukaanmu nanti,” ucap Min Joo. “Tapi lain kali kau harus
main ke rumah kami, ne?”
Ji Hyeon hanya menjawab ajakan Min
Joo dengan senyuman. Sementara Il Hoon hanya menatap Ji Hyeon dan menyadari
angin yang berhembus mulai terasa menusuk baginya.
“Kalau begitu, aku pulang sekarang,”
ucap Ji Hyeon.
“Il Hoon-a, antarkan Ji Hyeon,” ucap
Min Joo.
“Tidak usah, rumahku sudah dekat,”
ucap Ji Hyeon.
“Ah, geuraettguna… Joshimhae…” ucap Min Joo.
Ji Hyeon pun mulai melangkahkan
kakinya meninggalkan Il Hoon, Min Joo dan Jung Su. Ketika Ji Hyeon melangkah
pergi, rupanya Il Hoon menatap kepergian Ji Hyeon hingga Ji Hyeon benar-benar
menghilang dari jarak pandangnya.
To be continued….
See ya in the next chapter… :P
Regard,
JH_Nimm
Comments
Post a Comment