다른
사랑
ANOTHER LOVE
Black Romance present…
A story by JH_Nimm
Title: Another Love
Also known as: Another Love
Genre: Romance
Rating: T (PG-15)
Length: Oneshoot
Cerita ini adalah
sebuah FIKTIF belaka, apabila ada kesamaan nama, tempat dan kejadian,
semata-mata karena ketidaksengajaan.
All casts are belong to God, but this story is JH_Nimm’s.
Don’t re-share without my permission.
Don’t forget to leave your appreciation.
Happy Reading… Thank you… :3
Note: yang di tulis miring adalah flashback
BACK SOUND:
Roh Ji Hoon –
Punishment
CAST:
Roh
Ji Hoon
Lee
Ji Hyeon
Daniel
Chae (DMTN/Dalmatian’s Daniel)
Lee
Ye Jin (Ailee)
And
other cast…
~~ PROLOG ~~
Although we were just close friend, but slowly… day
by day… little by little, this feeling was change.
This feeling was change into deep love for you.
And although I can’t bear that I love you, you still
can feel it by your heart.
Because I’d punish you by my love.
Come on, next to me and stay by side forever…
(2013/06/01)
Author’s POV
Temaram kelabu sang malam kembali
menyapa. Mendinginkan suasana yang sempat menghangat sebelum di sapa sang
lembayung senja yang sempat memayungi sang maya pada. Perlahan di pelupuk
timur, sang bulan sabit mulai muncul di balik awan, membuat sang malam yang
datang seolah memberikan senyuman melalui cahaya yang memantul melalui sang
bulan.
Di sebuah gedung besar di daerah
Gangnam, gedung mewah milik Cube Coorporation mulai kedatangan banyak orang.
Orang-orang yang merupakan lulusan A Cube Entertainment High School mulai
membuat gedung mewah ini ramai. Ya, orang-orang tersebut datang karena malam
ini adalah acara reuni bagi mereka. Sebuah acara dimana mereka dapat kembali
bertemu dengan orang-orang yang merupakan ‘teman seperjuangan’ semasa mereka
bersekolah di A Cube Entertainment High School.
Di bagian timur gedung, tampak seorang
lelaki tengah berbincang dengan teman-teman yang baru ia temui lagi itu.
Sementara itu, dari pintu masuk, tampak seorang lelaki dengan kemeja berwarna ungu
muda itu tengah mencari seseorang. Nampaknya seseorang yang telah lama tidak ia
temui dan ia yakin di sinilah ia akan kembali bertemu lagi dengan orang itu.
Dan tepat, ketika ia mengarahkan pandangannya ke bagian timur gedung mewah itu,
ia menemukan sesosok pria yang sempat mengukir kenangan bersamanya itu.
“Ah, Ji Hoon-a…” ucapnya seraya
menghampiri pria dengan kemeja berwarna biru itu.
“Ah, Daniel…” ucap pria kemeja biru
seraya memeluk pria yang menghampirinya itu.
Ya, mereka adalah Roh Ji Hoon dan
Daniel Chae. Ketika mereka bersekolah di A Cube Entertainment, mereka adalah
sahabat yang teramat dekat. Namun setelah lulus, Daniel melanjutkan kembali
sekolahnya di Los Angeles, sementara Ji Hoon tetap di Korea.
“Ji Hoon-a, kau banyak berubah…”
ucap Daniel seraya memperhatikan sahabatnnya itu dari atas sampai bawah. (http://jh-nimm.blogspot.com)
“Kau juga, lihatlah, aku bahkan
hampir tidak mengenalimu jika kau tak memanggilku terlebih dulu,” ucap Ji Hoon.
“Ah, kapan kau kembali dari LA?”
“Sebenarnya aku sudah kembali sejak
3 minggu yang lalu,” jawab Daniel.
“Aish, lalu kenapa kau tidak segera
menemuiku?” tanya Ji Hoon.
“Awalnya aku ingin menemuimu, hanya
saja ku dengar dari teman-teman yang lain kalau kau sudah pindah rumah,” jawab
Daniel. “Ah, bagaimana keadaanmu?”
“Seperti yang kau lihat, aku baik,
sangat baik,” jawab Ji Hoon.
Ketika Ji Hoon tengah berbincang
dengan Daniel, tiba-tiba seorang gadis dengan dress berwarna biru muda datang. Rupanya kedatangan gadis itu
sanggup mengalihkan perhatian Ji Hoon dan Daniel.
“Ah, kenapa lama sekali?” tanya Ji
Hoon pada gadis itu.
“Banyak orang, jadi aku harus sabar
mengantri,” jawab gadis itu.
“Aku pikir kau tersesat di toilet,”
goda Ji Hoon.
Mendengar godaan Ji Hoon, gadis itu
hanya mengerucutkan bibirnya.
“Aku
tidak sebodoh itu,” ucap gadis itu.
“Ji
Hoon-a, nugu?” tanya Daniel tanpa
melepaskan tatapannya dari gadis itu.
Mendengar pertanyaan Daniel, Ji Hoon
dan gadis itu saling bertatapan.
“Ige… i yeoja… nae yeodongsaeng…” jawab
Ji Hoon.
“Aigoo,
mengapa kau tidak pernah menceritakan padaku kau punya adik secantik ini?”
tanya Daniel seraya menepuk lengan Ji Hoon.
“Annyeong
haseyo, naneun Ji Hyeon imnida… Ji Hoon Oppaui… yeodongsaeng…” gadis itu
memperkenalkan dirinya.
“Ah,
annyeong haseyo, Daniel, Chae Daniel imnida…” balas Daniel.
Ji Hoon, Ji Hyeon dan Daniel pun
terlibat dalam sebuah obrolan. Namun tiba-tiba seorang gadis dengan gaun
berwarna cokelat keemasan itu menghampiri Ji Hoon.
“Ji Hoon-a…” ucap gadis itu seraya
melingkarkan lengannya di lengan Ji Hoon.
“Ye… Ye Jin Noona…” sapa Ji Hoon terkejut dengan perlakuan tiba-tiba gadis
bernama Ye Jin itu.
“Rasanya senang sekali bisa kembali
bertemu denganmu di sini,” ucap Ye Jin. “Bagaimana kabarmu?”
“Baik…” jawab Ji Hoon seraya
menganggukkan kepalanya.
“Hmm… hmm…” Daniel berdehem untuk
menyindir Ye Jin dan Ji Hoon.
Ya, Daniel tahu benar bahwa Ye Jin
adalah kakak kelas Ji Hoon dan saat itu Ji Hoon begitu menyukai Ye Jin. Namun
Ji Hoon tak pernah punya keberanian untuk mengungkapkan perasaannya pada Ye
Jin, hingga akhirnya Ye Jin lulus dan melanjutkan sekolah ke Italia.
****
Setelah pulang dari reuni A Cube
Entertainment High School, Ji Hoon pun segera merebahkan tubuhnya di atas
tempat tidur berukuran king size itu.
Dari tempat tidur itu, ia menatap sesosok gadis yang tengah sibuk membuat teh
hangat. Namun dalam pandangan Ji Hoon, wajah gadis itu terlihat berbeda dari
biasanya. Ji Hoon pun beranjak dari tempat tidurnya dan mendekati gadis itu.
“Ae-Ji-ya…”
Ji Hoon menyebutkan panggilan sayang untuk gadis itu.
Namun gadis itu sama sekali tidak
menghiraukan Ji Hoon. Gadis itu mengambil secangkir teh hangat yang baru
selesai ia buat itu dan segera menuju ke sofa. Setelah itu, ia pun menyalakan televisi
walau sebenarnya ia tak berniat untuk menontonnya. Ji Hoon pun mengikuti gadis
itu dan duduk di sebelahnya.
“Ae-Ji-ya…”
Ji Hoon menyebutkan lagi panggilan sayangnya, namun gadis itu masih tak
meresponnya.
“Ae-Ji-ya…”
“Ji Hyeon-a…”
Gadis yang ternyata adalah Ji Hyeon
itu hanya menatap Ji Hoon dingin, lalu kembali mengarahkan pandangannya ke
televisi.
“Diam!” ucap Ji Hyeon itu dingin.
“Aigoo,
waeyo? Kau marah padaku?” tanya Ji Hoon.
“Ani…”
jawab Ji Hyeon.
“Geurigo,
wae?” tanya Ji Hoon.
Ji Hyeon hanya diam.
“Apa karena Ye Jin Noona?” Ji Hoon sengaja menggoda Ji
Hyeon.
Kali ini Ji Hyeon kembali
mengalihkan tatapannya pada Ji Hoon, namun dengan sebuah tatapan sinis yang
membuat Ji Hoon mengerti alasan Ji Hyeon ‘diam’.
“Diamlah!” ucap Ji Hyeon seraya
beranjak hendak meninggalkan Ji Hoon, namun Ji Hoon segera menarik tangan Ji
Hyeon hingga Ji Hyeon jatuh tepat di pelukan Ji Hoon.
“Jika kau marah karena Ye Jin Noona, itu artinya kau cemburu. Dan jika
kau cemburu itu artinya kau mencintaiku,” ucap Ji Hoon.
“Terserah apa katamu,” ucap Ji Hyeon
seraya berusaha melepaskan diri dari Ji Hoon.
“Dengarkan aku, meskipun Ye Jin Noona adalah orang yang sempat aku
sukai, tapi perasaanku untuknya itu hanyalah masa lalu. Sekarang aku hanya
memilikimu dan aku juga adalah milikmu. Kau, Ji Hyeon, istriku. Karena mana
mungkin aku mengingkari janji suci yang ku ucapkan sendiri di depan altar dan
dihadapan para saksi yang menyaksikan pernikahan kita 2 tahun lalu,” jelas Ji
Hoon.
Ji Hyeon hanya terdiam mendengar
penjelasan Ji Hoon. Ya, bagaimanapun saat ini Ji Hoon sudah menjadi miliknya
yang sah, Ji Hoon adalah suaminya sejak 2 tahun yang lalu ketika ia dan Ji Hoon
sama-sama mengucapkan janji suci di depan altar.
“Lepaskan!” ucap Ji Hyeon seraya
berusaha melepaskan pelukan Ji Hoon.
“Wae?”
tanya Ji Hoon.
“Lepaskan!” ucap Ji Hyeon.
“Berjanjilah untuk tidak akan marah
dan mendiamkanku lagi seperti tadi,” ucap Ji Hoon.
“Ne…”
jawab Ji Hyeon. “Sekarang lepaskan aku,”
“Shirheo,
karena sekarang adalah giliranku untuk marah,” ucap Ji Hoon.
“Aku tidak suka kau dekat dengan
Daniel. Aku takut dia menyukaimu,” jawab Ji Hoon.
“Geurigo,
tadi kenapa kau memperkenalkanku
sebagai adikmu?” tanya Ji Hyeon.
“Karena… teman-temanku tidak ada
yang tahu aku sudah menikah,” jawab Ji Hoon.
“Geureonde,
kau jelaskan saja pada Daniel kalau aku ini…” ucapan Ji Hyeon tertahan.
“Aku ini… mwo?” Ji Hoon sengaja menggoda Ji Hyeon yang memang tak pernah mau
mengakui bahwa kini ia adalah istri dari seorang Roh Ji Hoon.
“Lupakan!” ucap Ji Hyeon.
“Hmm…”
“Jikapun nantinya Daniel OPPA menyukaiku, bukankah itu akan
bagus? Itu artinya kau akan punya saingan yang berat,” ucap Ji Hyeon sengaja
menekankan nada bicaranya pada kata ‘Oppa’
untuk membuat Ji Hoon cemburu.
“Tapi tidak ada yang bisa merebutmu
dariku dan kau juga mana mungkin berani meninggalkanku,” ucap Ji Hoon.
“Jangan terlalu percaya diri,” ucap
Ji Hyeon.
“Kau yakin?” tanya Ji Hoon seraya
mengeratkan pelukannya pada Ji Hyeon.
“Lepaskan!” ucap Ji Hyeon.
“Shirheo!”
ucap Ji Hoon seraya menarik Ji Hyeon lebih dalam ke dalam pelukannya.
Ya, saat ini Ji Hoon dan Ji Hyeon
adalah sepasang suami istri. Awalnya hubungan mereka hanyalah teman dekat dan
bahkan seperti kakak-beradik. Karena memang Ji Hoon ingin memiliki adik
perempuan dan Ji Hyeon juga menginginkan kakak laki-laki. Mereka benar-benar
menjalani hubungan layaknya sepasang kakak-beradik, bahkan dahulu perasaan yang
di sebut dengan ‘cinta’ sama sekali tidak pernah menjamah hati mereka. Namun tiba-tiba
Ji Hoon memutuskan untuk menikahi Ji Hyeon tanpa sebuah alasan yang pasti,
layaknya pasangan suami-istri lainnya yang menikah atas dasar cinta.
****
Flashback 2
years ago…
“Oppa…” terdengar suara teriakan seorang gadis di
sebuah kamar bernuansa biru muda itu.
Sementara
seorang pemuda tertidur dengan begitu lelapnya, meskipun jam sudah menunjukkan
jam 4 sore. Tapi pemuda itu masih terlelap dalam jadwal rutinnya setiap hari,
yaitu tidur siang, sebuah kebiasaan yang memang ia lakukan setelah ia lulus
dari Inha University.
“Oppa…” gadis itu kembali berteriak, kali ini
tepat di telinga pemuda itu, hingga pemuda itu membuka matanya.
Karena
terkejut dengan suara melengking gadis itu, tanpa sadar pemuda itu menarik
gadis itu hingga jatuh tepat di pelukannya.
“YA! Ji Hoon-kun, apa yang kau lakukan?” tanya gadis itu ketika pemuda bernama Ji Hoon
itu membalikkan posisi membuat tubuh mungil gadis itu berada di bawah tubuh
kekar Ji Hoon.
“Ji Hyeon-yang, apa yang kau lakukan di kamar seorang
pria?” tanya Ji Hoon.
“Aku
hanya berusaha membangunkanmu karena hari ini kau berjanji akan membawaku
berjalan-jalan ke Lotte World,” jelas Ji Hyeon.
“Geuraeseo?” tanya Ji Hoon sambil mengingat-ingat janji
yang dikatakan Ji Hyeon.
“Geurae, kau berjanji akan menjemput ke rumahku jam
3 sore, tapi sekarang sudah jam 4 sore dan kau masih terlelap tidur siang,”
jawab Ji Hyeon.
“Ah, geurae…” ucap Ji Hoon.
“Sekarang
lepaskan aku,” ucap Ji Hyeon.
Ji
Hoon tidak menunjukkan reaksi apapun, ia masih tetap pada posisinya.
“Ji
Hoon-sshi, lepaskan aku,” ucap Ji Hyeon.
Ji
Hoon hanya menatap wajah Ji Hoon yang begitu dekat dengan wajahnya itu.
“Ji
Hoon Oppa…” ucap Ji Hyeon seraya berusaha mendorong Ji
Hoon ketika Ji Hoon semakin mendekatkan wajahnya.
“Ji…”ucapan
Ji Hyeon tertahan ketika kedua sayap bibir Ji Hoon mendarat di bibirnya.
Ji
Hyeon terkejut dengan perlakuan Ji Hoon yang tiba-tiba dan tidak biasa itu. Ji
Hyeon berusaha mendorong Ji Hoon, namun tenaga Ji Hyeon tidak cukup untuk
mendorong seorang Ji Hoon.
“Ji
Hyeon-a…” ucap Ji Hoon sesaat setelah melepaskan tautan bibirnya dari bibir Ji
Hyeon.
“Apa
yang kau lakukan?” tanya Ji Hyeon.
“Kita
menikah,” ucap Ji Hoon tiba-tiba.
“Aish,
michyeosseo…” ucap Ji Hyeon masih berusaha mendorong Ji
Hoon yang tak jua beranjak dari posisinya.
“Aku
serius,” Ji Hoon menatap tepat pada kedua bola mata kecoklatan Ji Hyeon.
“Bercandamu
keterlaluan,” hanya itu kata-kata yang sanggup Ji Hyeon ucapkan, meskipun ia
menangkap keseriusan itu dari mata Ji Hoon.
“Aku
tidak sedang bercanda,” ucap Ji Hoon.
“Dengarkan
aku, selama ini aku sudah menganggapmu sebagai kakakku sendiri dan aku juga
tidak ada perasaan apa-apa terhadapmu, begitu juga dirimu. Geurigo, bagaimana bisa kita menikah?” tanya Ji
Hyeon.
“Kita
coba untuk menjalaninya saja,” jawab Ji Hoon ringan.
“YA!” bentak Ji Hyeon seraya mendorong Ji Hoon.
“Minggu
depan aku akan melamarmu,” ucap Ji Hoon seraya melepaskan Ji Hyeon, lalu
beranjak.
“Oppa,
michyeosseo…” ucap Ji Hyeon seraya
beranjak dan merapikan bajunya.
“Lalala~
sebentar lagi Ji Hyeon akan menjadi istriku…” Ji Hoon hanya bernyanyi mendengar
celoteh Ji Hyeon.
“Sudahlah,
sebaiknya kau segera bersiap, aku akan menunggumu di bawah,” ucap Ji Hyeon
seraya melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar Ji Hoon. (http://jh-nimm.blogspot.com)
“Ji
Hyeon-a…” Ji Hoon menahan Ji Hyeon.
“Mwoya?” tanya Ji Hyeon.
“Terima
kasih atas ciumannya…” goda Ji Hoon.
“YA!” bentak Ji Hyeon.
****
1 month later…
Seorang
pemuda tengah gugup menunggu kedatangan mempelai wanitanya di depan altar. Ia
mengepalkan kedua tangannya untuk sedikir meredam rasa gugupnya. Namun rasa
gugupnya malah semakin menjalar ketika sang mempelai wanita berjalan ke arahnya
dengan di damping seorang pria paruh baya yang akan menjadi Ayah mertuanya itu.
“Ji
Hyeon-a, yebbeuda…” gumam batin pemuda itu.
Ketika
mempelai wanitanya, Ji Hyeon, sampai, pemuda itu segera menyambut tangan Ji
Hyeon untuk sama-sama berdiri di depan altar. Tanpa menunggu lama, pasturpun
segera membacakan janji suci untuk meresmikan pernikahan itu.
“Apakah
kau, Roh Ji Hoon, berjanji untuk selalu menghormati, menjaga, menyayangi dan
mencintai Lee Ji Hyeon, baik dalam suka dan duka, senang dan susah, sehat
ataupun sakit?”
Pemuda
bernama Roh Ji Hoon itu tampak menarik nafas, lalu mengembangkan senyumannya.
“I do…” jawabnya.
“Dan
apakah kau, Lee Ji Hyeon, berjanji untuk selalu menghormati, menjaga,
menyayangi dan mencintai Roh Ji Hoon, baik dalam suka dan duka, senang dan
susah, sehat ataupun sakit?”
Ji
Hoon menatap wajah Ji Hyeon yang saat itu tepat berada di sampingnya. Cantik.
Hanya itu yang ada dalam pikiran Ji Hoon ketika matanya tak bisa terlepas dari
sosok gadis yang selalu menganggapnya kakak itu. Walaupun sebenarnya dalam
pikiran Ji Hoon saat itu juga sangat gugup, bahkan teramat gugup dan was-was
dengan jawaban yang akan diungkapkan Ji Hyeon atas janji sucinya.
“I… do…” ucap Ji Hyeon yang seketika itu juga
membuat jantung Ji Hoon seolah berhenti untuk sejenak.
Setelah
mengucapkan janji suci itu, seperti biasa setiap pengantin akan melakukan
ritual terakhir, yaitu memasangkan cincin di jari manis masing-masing mempelai.
Ji Hoon pun segera memasangkan cincin yang terbuat dari emas putih dimana nama
‘Roh Ji Hoon’ turut terpatri di jari manis Ji Hyeon. Sementara senyuman terus
terkembang di wajahnya seolah ia tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya. Kali
ini, giliran Ji Hyeon yang memasangkan cincin emas putih yang terpatri nama
‘Lee Ji Hyeon’ itu di jari manis pengantin prianya, Roh Ji Hoon. Rupanya segera
setelah cincin itu terpasang di jari manisnya, Ji Hoon segera menarik Ji Hyeon
dan menciumnya di depan altar dan di hadapan seluruh tamu yang datang untuk
menjadi saksi pernikahannya dan Ji Hyeon itu.
Flashback END
****
“Sudah lama menunggu?” tanya seorang
gadis pada seorang pria yang tengah duduk dengan tertunduk di sebuah bangku
taman berwarna biru.
“Ah, Ji Hyeon-a…” sapa pemuda itu. “Ani…”
“Hmm… sebenarnya ada apa tiba-tiba
mengajakku bertemu seperti ini?” tanya gadis bernama Ji Hyeon itu.
“Aku hanya ingin mengajakmu untuk
mengunjungi beberapa tempat, karena kau juga tahu sendirikan aku sudah lama
meninggalkan Seoul ketika aku harus kembali ke Los Angeles,” jelas pemuda itu.
Benar, pemuda itu adalah Daniel
Chae, sahabat Ji Hoon.
“Ah, geuraettguna… Ji Hoon Oppa
juga menceritakannya,” ucap Ji Hyeon.
“Gwaenchanhayo?”
tanya Daniel.
“Gwaenchanha…”
jawab Ji Hyeon.
“Kaja…”
ucap Daniel.
Ji Hyeon dan Daniel pun pergi untuk
menjelajahi kota Seoul, kota yang sudah hampir 6 tahun tidak Daniel injak itu.
****
Sementara itu, di tempat lain,
rupanya Ji Hoon juga sedang bersama Ye Jin, karena Ye Jin meminta untuk
bertemu. Walau sebenarnya itu hanyalah tipuan Ye Jin untuk mengajak Ji Hoon berjalan-jalan.
“Kenapa kita kemari?” tanya Ji Hoon
ketika mereka sampai di Namsan Tower.
“Wae?
Kau tidak suka?” tanya Ye Jin balik.
“Ani,
geureon geon aniya…” jawab Ji Hoon.
“Bagaimana jika kita ke gembok
cinta?” tanya Ye Jin seraya menarik tangan Ji Hoon.
“Untuk apa kita ke sana?” tanya Ji
Hoon.
“Tentunya untuk menyematkan nama
kita di sana agar mendapat hubungan yang abadi,” jawab Ye Jin.
“NE??”
Ji Hoon tentu saja tidak habis pikir dengan yang dilakukan Ye Jin itu dan di
saat seperti inilah Ji Hoon ingin sekali membeberkan pernikahannya dengan Ji
Hyeon.
Ye Jin dan Ji Hoon pun sampai di
gembok cinta. Ye Jin pun mengambil satu gembok.
“Kau tidak mengambilnya?” tanya Ye
Jin ketika Ji Hoon hanya sibuk melihat-lihat gembok cinta milik orang lain yang
sudah terpasang di sana.
Ji Hoon pun terpaksa mengambil satu
gembok dan tentunya ia menuliskan nama ‘Roh Ji Hoon dan Lee Ji Hyeon, JH
Couple’ di sana, lalu segera menyematkannya. Ye Jin sempat menatap heran kepada
Ji Hoon ketika Ji Hoon segera menyematkan gembok itu.
“Kau…”
“Bagaimana jika setelah ini kita
pulang saja?” tanya Ji Hoon.
“Wae?”
tanya Ye Jin yang baru saja menyematkan gembok cintanya.
“Hmm… masih ada yang harus ku
kerjakan,” jawab Ji Hoon.
Ye Jin hanya menjawab pernyataan Ji
Hoon itu dengan menganggukkan kepalanya.
****
Hari itu, Ji Hoon sengaja
menyempatkan waktu untuk keluar bersama dengan Ji Hyeon. mereka berjalan-jalan
ke tempat-tempat yang sering mereka kunjungi sewaktu belum menikah dulu.
Rupanya Daniel melihat Ji Hyeon dan Ji Hoon. (http://jh-nimm.blogspot.com)
“Bukankah itu Ji Hoon dan Ji Hyeon?”
tanya Daniel pada dirinya sendiri.
Daniel pun hendak bergabung. Namun
urung ketika melihat Ji Hoon bercanda dengan Ji Hyeon, dan di mata Daniel cara
Ji Hoon dan Ji Hyeon bercanda itu terlalu mesra untuk ukuran kakak dan adik.
Akhirnya Daniel pun memutuskan untuk tetap mengikuti Ji Hoon dan Ji Hyeon.
“Oppa,
punyaku jangan terlalu banyak taburan cokelat,” ucap Ji Hyeon.
“Ne,
aku tahu…” ucap Ji Hoon.
Rupanya Ji Hoon dan Ji Hyeon membeli
ice cream. Ji Hoon dan Ji Hyeon pun
melanjutkan perjalanan mereka ke Sungai Han yang memang sudah dekat dengan
tempat mereka membeli ice cream. Baik
Ji Hoon atau pun Ji Hyeon tidak ada yang menyadari bahwa ada Daniel yang tengah
mengikuti mereka.
“Ae-Ji-ya…”
Ji Hoon menyebutkan nama panggilan Ji Hyeon, yang merupakan singkatan dari Aegi-Ji Hyeon-Chagiya itu.
“Hmm…” jawab Ji Hyeon yang sibuk
dengan ice creamnya itu.
Ji Hoon menatap Ji Hyeon.
“Aish, rupanya kebiasaan burukmu
tidak hilang,” ucap Ji Hoon yang mendapati ice
cream yang melumuri bibir Ji Hyeon.
“Mwoya?”
tanya Ji Hyeon.
Ji Hoon hanya menjawab pertanyaan Ji
Hyeon dengan kedua sayap bibirnya yang mendarat di bibir Ji Hyeon untuk
menghapus ice cream yang melumuri
bibir Ji Hyeon itu. Tentu saja Daniel yang sejak tadi mengikuti mereka sangat
terkejut melihat perlakuan Ji Hoon terhadap Ji Hyeon.
“Mana
mungkin hubungan mereka hanya sebatas kakak dan adik. Apa hubungan mereka
sebenarnya?” gumam batin Daniel.
****
“Sebaiknya kita tidak usah pergi,”
ucap Ji Hoon.
“Mana bisa begitu, mereka pasti
sudah menunggu,” ucap Ji Hyeon.
“Tapi kau terlihat sangat pucat, Ae-Ji-ya…” Ji Hoon berusaha membujuk
agar tidak pergi.
“Jika kita berangkat, maka kita bisa
menjelaskan semua ini pada mereka,” ucap Ji Hyeon.
“Baiklah…” akhirnya Ji Hoon
mengalah.
Ji Hoon dan Ji Hyeon pun menuju ke sebuah
taman. Sesampainya di taman tersebut, rupanya Ye Jin dan Daniel sudah menunggu.
“Kalian sudah lama menunggu?” tanya
Ji Hyeon.
“Tidak juga…” jawab Ye Jin.
Daniel dan Ji Hoon hanya saling
berpandangan tanpa mengatakan apapun. Tetapi Daniel kemudian mengalihkan
tatapannya pada Ji Hyeon.
“Ji Hyeon-a, kau terlihat pucat, apa
kau sakit?” tanya Daniel.
“Gwaenchanha…”
jawab Ji Hyeon.
Ji Hyeon pun menatap Ji Hoon dan
memberikan isyarat pada Ji Hoon untuk menjelaskan hubungan mereka yang
sebenarnya.
“Sebenarnya ada yang ingin aku
jelaskan,” ucap Ji Hoon.
“Mworago?”
tanya Ye Jin.
“Sebenarnya…” ucapan Ji Hoon tertahan
ketika Ji Hyeon pingsan, namun beruntung ia segera menangkapnya.
“Ji Hyeon-a, ireona…” ucap Ji Hoon khawatir.
“Sebaiknya kita bawa ke rumah
sakit,” ucap Daniel.
Daniel, Ye Jin dan Ji Hoon pun
membawa Ji Hyeon ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, dokter segera
memeriksakan keadaan Ji Hyeon. Sementara Ji Hoon, Daniel dan Ye Jin menunggu di
luar ruangan pemeriksaan.
“Apa Ji Hyeon memang sedang sakit?”
tanya Ye Jin yang khawatir.
“Hmm…” jawab Ji Hoon.
“Aigoo,
kenapa ia memaksakan diri untuk keluar malam-malam seperti ini,” ucap Ye Jin.
Terdengar suara pintu terbuka dan
dokter keluar dari ruang pemeriksaan. Dokter menatap Ji Hoon dan Daniel
bergantian, membuat Daniel dan Ji Hoon heran.
“Euisa
Seonsaengnim, bagaimana keadaan Ji
Hyeon?” tanya Ye Jin.
“Pasien Ji Hyeon baik-baik saja,”
jawab dokter. “Dan keluarga pasien?”
“Jeoyo…”
jawab Ji Hoon.
“Apa ia sering pingsan seperti ini?”
tanya dokter.
“Aniya,
hanya saja belakangan ini Ji Hyeon sering mengeluhkan kalau ia sakit kepala dan
merasa tidak enak badan,” jawab Ji Hoon.
“Ah,
geuraettguna…” ucap Dokter.
“Sebenarnya Ji Hyeon sakit apa?”
tanya Daniel.
“Pasien Ji Hyeon baik-baik saja. Geokjeonghajima, itu hal yang biasa terjadi pada wanita hamil,”
jelas dokter.
“Hamil?” tanya Daniel dan Ye Jin
serempak.
“Ji Hyeon hamil?” tanya Ji Hoon
seraya menggenggam tangan dokter untuk memastikan apa yang dokter katakan.
“Geurae,
jagalah kesehatannya dengan baik,
hindari makanan-makanan yang bisa membahayakan kondisi bayinya,” jelas dokter.
“Hamyeon…”
Dokterpun meninggalkan Ji Hoon,
Daniel dan Ye Jin. Ji Hon pun segera masuk ke ruangan tempat Ji Hyeon. Rupanya
Ji Hyeon sudah sadarkan diri.
“Oppa,
naega wae?” tanya Ji Hyeon yang masih terbaring lemah itu.
“Chukhahaeyo…”
hanya itu yang Ji Hoon ucapkan sementara senyuman bahagia terus terlukis di
wajah tampannya itu. (http://jh-nimm.blogspot.com)
Ji Hyeon tampak heran, sementara
Daniel dan Ye Jin masih bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.
“Kita akan punya anak,” ucap Ji Hoon
seraya menggenggam tangan Ji Hyeon.
“AEGI?”
tanya Daniel dan Ye Jin serempak.
“Aigoo…”
ucap Ji Hoon.
“Geureom,
kalian…” Ye Jin sengaja menggantung
kalimatnya.
“Geurae,
Ji Hyeon sebenarnya adalah istriku,” ucap Ji Hoon.
“Sudah ku duga,” ucap Daniel.
“Aku dan Ji Hyeon sudah menikah 2
tahun yang lalu dan sekarang kami baru akan memiliki anak kami yang pertama,”
jelas Ji Hoon.
“Kenapa kau tidak mengundangku,
hah?” tanya Daniel.
“Mianhae…
saat aku dan Ji Hyeon menikah, kau kan masih di LA,” jawab Ji Hoon.
“Dan kenapa kau juga tidak
mengundangku?” tanya Ye Jin.
“Keuge...
mianhae…” jawab Ji Hoon. “Eum… masalah gembok itu…”
“Wae?
Apa kau berpikir aku menuliskan namamu di sana?” tanya Ye Jin.
Ji Hoon hanya menjawab pertanyaan Ye
Jin dengan menganggukkan kepalanya.
“Geokjeonghajima,
aku menuliskan namaku dan kekasihku yang saat ini masih di Perancis,” jelas Ye
Jin.
“Baguslah jika begitu…” ucap Ji
Hoon.
Ye Jin hanya tertawa kecil mendengar
pernyataan Ji Hoon.
“Geurigo,
kenapa saat itu kau memperkenalkan Ji Hyeon sebagai adikmu?” tanya Daniel.
“Wae?
Apa kau jatuh cinta pada istriku ini?” goda Ji Hoon.
“Geureon
geon aniya… Hanya saja setahuku, kau tidak punya adik perempuan. Geureom, aku tidak percaya Ji Hyeon
adalah adikmu. Dan aku semakin tidak percaya ketika aku melihatmu mencium Ji
Hyeon di tepi Sungai Han,” jelas Daniel.
“Sungai Han?” tanya Ji Hyeon.
“Geureom,
itu artinya kau mengikuti kami?”
tanya Ji Hoon.
Daniel hanya menjawab pertanyaan Ji
Hoon dengan menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal itu.
“YA!”
Ji Hoon pun menarik Daniel dan menjitak kepalanya.
‘Pertarungan’ antara Daniel dan Ji
Hoon pun terjadi, sebuah ‘pertarungan’ yang lama tak mereka lakukan setelah
lulus dari A Cube Entertainment High School. Sementara Ji Hyeon dan Ye Jin
hanya tertawa melihat ‘pertarungan’ Daniel dan Ji Hoon itu.
==== THE END ====
Hahahahaha JH Nimm is back… JH Nimm is back… (masih
bisik-bisik ala Minho di lagu Sherlock)
Doo doo doo~ neoreul ango shipjiman… doo doo doo~
(bergoyang ala Roh Ji Hoon di MV Punishment)
Honestly that ini entah karena apa gue bikin FF yang HAPPY
ENDING… \(^_^)/ yeaaayy…
Gak biasanya ya?
Iyalah, si JH Nimm kan kalo gak genrenya yang sad,
hurt, pasti endingnya yang sad and hurt. Hahaha
Ah ya, did you
know that gue nulis ini FF sambil bergoyang-goyang doo doo doo~ ala Roh Ji
Hoon. #penting
Ah ya, ciyee banget lah ada couple baru… JH Couple…
ihiwww… :3
But, this is the
one of my story.
I’m so sorry for
the typos and all mistakes in this story.
Just don’t
forget to leave your comment.
And thank you so
much for your appreciation…
See ya in the
next story…
Ja~
Regard,
JH_Nimm
Comments
Post a Comment