Skip to main content

[Pemenang ke-2 lomba FF Batch 2- SJFF] I'm Really Sorry


I’m Really Sorry

id Peserta : SJFFC/II/12/016


Author: BR
Genre: Family
Rating: General
Disclaimer: This fan fiction is originally made by myself. So, don’t plagiat this story.

Cast:
-          Lee Tae Ri
-          Lee Sung Min
-          Lee Soo Man
-          Lee Soo Hyun
-          And other cast


= PROLOG =
Meskipun kau pergi meninggalkanku
Namun cinta ini akan tetap bersamamu kemanapun kau pergi
Aku berjanji dari sini
Bahwa aku tidak akan pernah menghapus cinta ini untukmu



Author POV
                Siang ini matahari bersinar begitu cerah. Tampak semakin cerah di hiasi senyuman seorang anak laki-laki yang baru saja keluar dari kelasnya. Ia tersenyum dengan begitu riang sementara langkah kakinya dengan ceria menghampiri sesosok wanita yang tengah tersenyum ke arahnya.

                “Eomma…” teriak anak laki-laki itu seraya berlari kecil menuju wanita yang ternyata adalah ibunya itu.

                Wanita itu hanya tersenyum melihat puteranya itu berlari kecil dengan ceria ke arahnya.

                “Eomma…” ujar anak laki-laki itu seraya memeluk ibunya.

                Wanita itupun memeluk putera semata wayangnya itu dengan erat.

                “Bagaimana sekolahmu hari ini?” tanya wanita itu seraya melepaskan pelukannya.

                “Menyenangkan. Lihatlah, aku mendapat nilai yang bagus,” jawab anak laki-laki itu seraya menyerahkan sebuah kertas yang sedari tadi di genggamnya itu.

                “Waah… Sung Min-a, kau pandai sekali,” ujar wanita itu ketika melihat angka 95 di kertas yang diberikan puteranya itu. “Karena nilaimu bagus sekali, bagaimana jika Eomma  berikan hadiah untukmu?” tanya wanita itu.

                “Hadiah?” tanya anak laki-laki yang ternyata bernama Sung Min itu.

                “Ne… bagaimana jika kita menghabiskan hari ini bersama? Kita berjalan-jalan mengelilingi kota Seoul,” ujar wanita itu.

                “Jinjja?” tanya Sung Min sumringah.

                “Ne… nanti Eomma  belikan kau ice cream dan coklat kesukaanmu,” jawab wanita itu.

                Sung Min hanya mengangguk riang mendengar kata-kata Eommanya itu.

                “Kaja…” ujar wanita itu seraya menuntun tangan kecil Sung Min menuju ke mobil berwarna hitam yang terparkir beberapa meter di depan gerbang sekolah tepat Sung Min belajar itu.
***

                Tae Ri, Lee Tae Ri, adalah seorang perempuan berusia 27 tahun. Di usianya yang terbilang cukup muda itu, ia memiliki seorang putera bernama Sung Min, Lee Sung Min, seorang anak berusia 6 tahun yang merupakan buah pernikahannya dengan seorang pria bernama Lee Dong Hae. Sayangnya, kini Tae Ri dan Sung Min hanya hidup berdua karena Lee Dong Hae telah meninggal saat Sung Min masih dalam kandungan Tae Ri karena sebuah kecelakaan pesawat ketika Dong Hae akan pergi bertugas ke Jepang. Artinya, Sung Min belum pernah melihat sosok Ayahnya. Namun, meskipun tanpa sosok Ayah dan tanpa sosok suami, Sung Min dan Tae Ri dapat hidup dengan baik. Bahkan tak pernah terpikirkan bagi Tae Ri untuk menikah lagi. Karena kini ia sudah cukup bahagia memiliki Sung Min di sampingnya. Sung Min lah yang menjadi cahaya hidupnya saat ini.
***

                Malam hari pun tiba. Setelah puas berjalan-jalan berkeliling kota Seoul, tiba saatnya bagi Sung Min dan Tae Ri untuk pulang ke rumah. Selama di perjalanan, Sung Min tertidur karena kelelahan. Tae Ri hanya tersenyum melihat putera semata wayangnya itu tertidur, karena tampak sebuah kedamaian yang mampu menjamah hatinya setiap kali melihat Sung Min tertidur begitu lelap. Bagi Tae Ri, Sung Min adalah kedamaian batinnya yang tak akan pernah tergantikan.

                Beberapa menit kemudian, mereka pun sampai di depan sebuah rumah. Sebuah rumah yang terbilang cukup mewah, namun rumah itu bukanlah rumah Tae Ri. Melainkan itu adalah rumah Lee Soo Man, mertua Tae Ri. Dengan hati-hati, Tae Ri pun menggendong Sung Min untuk keluar dari mobil dan memasuki rumah mertuanya itu.

                “Tae Ri-ya, masuklah…” ujar seorang perempuan yang merupakan kakak ipar Tae Ri itu.

                Tae Ri pun masuk ke dalam rumah yang cukup besar itu.

                “Biar aku bawa Sung Min ke kamar,” kakak ipar Tae Ri itupun memangku Sung Min yang tengah di gendong Tae Ri.

                “Soo Hyun Eonni, jeongmal gomawo…” ujar Tae Ri.

                “Kau masuklah, Appa menunggumu di ruang tengah. Aku akan menyusul setelah mengantarkan Sung Min ke kamar,” ujar kakak ipar Tae Ri yang ternyata bernama Soo Hyun itu.

                Soo Hyun berjalan menuju ke lantai 2, menuju ke kamar yang memang sengaja di persiapkan untuk menjadi kamar Sung Min mulai hari ini. Sementara Tae Ri menuju ke ruang tengah, tempat dimana Lee Soo Man, mertuanya menunggu.

                “Annyeong hasimnikka, Abeoji…” sapa Tae Ri.

                “Duduklah,” ujar Soo Man.

                Tae Ri pun duduk di hadapan Soo Man. Namun sejenak keheningan menyapa ruangan tengah itu. Sementara Soo Man hanya memandangi wajah menantunya itu dengan tatapan khawatir. Dan tak lama kemudian, Soo Hyun datang, lalu duduk di samping Soo Man.

                “Abeoji, mulai saat ini aku titipkan Sung Min padamu juga Soo Hyun Eonni,” ujar Tae Ri seraya menatap dua orang yang tengah berada dihadapannya itu.

                “Waeyo?” tanya Soo Hyun.

                “Kalian tahu sendiri bagaimana kondisiku. Aku percaya kalian bisa merawat Sung Min lebih baik dariku,” jawab Tae Ri.

                “Tae Ri-ya, apa Sung Min sudah tahu tentang hal ini?” tanya Soo Man.

                Tae Ri hanya menjawab pertanyaan Soo Man dengan menggelengkan kepalanya.

                “Aku tidak bisa memberitahukan Sung Min, karena ku rasa belum saatnya bagi Sung Min tahu keadaanku yang sesungguhnya,” jelas Tae Ri.

                “Tae Ri-ya, bagaimanapun kau harus memberitahukan keadaanmu yang sebenarnya pada Sung Min,” ujar Soo Man.

                “Ia masih terlalu kecil untuk tahu akan hal itu, mianhae…” Tae Ri menundukkan kepalanya.

                “Tapi pasti nanti Sung Min akan bertanya-tanya akan hal itu,” ucap Soo Hyun.

                “Biarlah ia mengetahuinya sendiri ketika usianya sudah cukup matang. Yang jelas, untuk saat ini aku tidak mungkin memberitahunya. Ia masih terlalu kecil. Aku tidak mau membuatnya bersedih,” jelas Tae Ri.

                “Tae Ri-ya…”

                “Aku titipkan Sung Min pada kalian. Aku percaya kalian pasti akan menjaga Sung Min dengan baik,” ujar Tae Ri.

                Wajah Tae Ri semakin memucat. Tak lama kemudian, Tae Ri pun pingsan.

                “Tae Ri-ya…” ujar Soo Man seraya menghampiri menantunya itu. “Soo Hyun-a, panggil ambulan!”

                Soo Hyun pun segera menelepon rumah sakit terdekat untuk mengantarkan ambulan.

                Di dalam kamar bernuansa hijau muda itu, Sung Min mulai membuka matanya ketika ia mendengar ada suara ambulan. Ketika membuka matanya, Sung Min sempat terkejut karena kamar itu bukanlah kamarnya. Sung Min pun segera terbangun dan keluar dari kamar itu. Ketika tengah menuruni tangga, Sung Min melihat Tae Ri, ibunya di bawa oleh beberapa orang berpakaian seperti perawat.

                “Eomma…” teriak Sung Min seraya mengejar orang-orang yang membawa ibunya itu.

                “Sung Min-a, andwaeyo…” Soo Hyun segera mengejar Sung Min.

                Tae Ri pun di bawa masuk ke dalam ambulan, sementara Sung Min masih tetap mengejar ibunya.

                “Eomma…” Sung Min menangis dan berontak di pangkuan Soo Hyun.

                “Biarkan Sung Min pergi,” ujar Soo Man.

                Akhirnya Sung Min pun menaiki ambulan yang akan membawa ibunya itu ke rumah sakit. Sementara Soo Hyun dan Soo Man mengikutinya. Selama di perjalanan menuju ke rumah sakit, tak hentinya Sung Min menangis seraya menggenggam tangan ibunya yang kini terkulai lemas tak berdaya itu.

                “Eomma…” Sung Min terus menggenggam tangan ibunya dengan erat.

                Tak berapa lama kemudian, mereka sampai di rumah sakit. Sung Min pun menunggu di luar ruangan pemeriksaan ibunya itu. Sementara Soo Hyun dan Soo Man di ruangan dokter yang merawat Tae Ri. Sung Min duduk di kursi dengan segudang kekhawatiran yang menjambangi pikirannya. Ia menangis, tangannya gemetar. Wajahnya memerah. Ia ketakutan.

                “Eomma…” hanya itulah kata-kata yang sanggup Sung Min ucapkan di sela-sela tangisnya.
***


                Beberapa hari kemudian, keadaan Tae Ri sudah membaik. Kini ia sudah berada di rumahnya kembali bersama Sung Min. Karena Sung Min menolak untuk tinggal bersama Soo Man dan Soo Hyun.

                “Eomma, aku berangkat sekarang…” ujar Sung Min seraya meraih payung berwarna hijau yang berada di sudut rumah.

                “Eomma antarkan ya?” tanya Tae Ri.

                Sung Min hanya menggelengkan kepalanya.

                “Tapi di luar hujan,” ucap Tae Ri khawatir.

                “Gwaenchanha…” jawab Sung Min.

                “Sung Min-a…”

                “Eomma beristirahat saja,” ucap Sung Min seraya memegang kenop pintu dan keluar dari rumah.

                Tanpa Tae Ri kehendaki, tetesan bulir-bulir bening itu mulai keluar dari matanya ketika melihat putera semata wayangnya yang menjadi cahaya hidupnya itu belajar mandiri dan belajar untuk menjaganya. Di satu sisi, ia merasa bahagia karena Sung Min mulai bisa menjaga dirinya sendiri, karena dengan begitu, Tae Ri bisa sedikit menjadi lebih tenang. Namun di sisi lain, tak dapat di pungkiri juga bahwa hatinya merasa sakit ketika menghadapi kenyataan bahwa ia harus berpisah dengan malaikat kecil yang membawa kedamaian baginya itu.

Sementara itu, Sung Min yang baru saja keluar dari rumah, membuka payung berwarna hijau itu dan mulai berjalan. Setiap langkah yang membawanya semakin jauh meninggalkan rumahnya, membuat Sung Min semakin sesak. Bagaimana tidak, kini sosok dewi yang berhati malaikatnya itu kini tengah merasa kesakitan. Meskipun masih sangat kecil, tapi Sung Min mengerti bahwa bidadarinya itu tengah terluka. Setiap langkah, setiap itu juga air matanya menetes semakin deras dari matanya.
***


                Malam harinya, Sung Min tengah bersiap untuk tidur di kamarnya. Namun Tae Ri datang seraya tersenyum cerah seperti biasanya.

                “Kau sudah mau tidur?” tanya Tae Ri.

                “Ne, Eomma…” jawab Sung Min seraya masuk ke dalam selimut.

                “Bagaimana jika Eomma bacakan kau cerita sebelum tidur?” tanya Tae Ri.

                Sung Min hanya mengangguk menjawab pertanyaan ibunya itu. Tae Ri pun duduk di samping Sung Min yang berbaring untuk bersiap tidur itu.

                “Di sebuah hutan yang lebat, terdapat seekor singa yang hidup bersama anak-anaknya. Singa itu bernama Liona. Ia adalah singa betina yang selalu menjaga anak-anaknya. Jika ada binatang lain yang mengganggu anak-anaknya, maka tanpa rasa takut, Liona akan menerkam binatang pengganggu itu. Bahkan ketika datang pemburu yang berusaha menyakiti anaknya, maka Liona akan bersiap untuk melawan pemburu-buru itu…”

                Tae Ri terus menceritakan sebuah cerita yang ia karang sendiri itu. Sementara Sung Min yang memang belum ingin tertidur itu hanya berpura-pura memejamkan matanya. Sung Min berpura-pura terlelap agar Tae Ri juga bisa segera beristirahat.

                Merasa Sung Min sudah tertidur, Tae Ri pun menghentikan ceritanya. Ia menatap malaikat kecilnya itu dan tersenyum. Ia pun mencium puncak kepala malaikat kecilnya itu. Setelah itu, Tae Ri pun keluar dari kamar Sung Min.

                “Selamat malam dan mimpi indah, malaikat kecilku…” ujar Tae Ri seraya menutup pintu kamar Sung Min.

                Sung Min dapat mendengar dengan jelas kata-kata yang baru saja Tae Ri ucapkan itu. Hatinya bergetar. Ada sebuah rasa sesak yang mulai menyapanya itu. Sung Min pun beranjak dan turun dari tempat tidurnya ketika Tae Ri sudah pergi. Sung Min membuka sedikit pintu kamarnya. Dari celah itu, Sung Min bisa melihat dengan jelas, Tae Ri mengeluarkan beberapa obat dan meminumnya. Menyaksikan hal itu, tetesan bulir-bulir bening itu tanpa ia kehendaki mulai keluar dari mata mungilnya.
***


                Keesokan harinya, meskipun hari hujan, Sung Min sengaja datang ke rumah Soo Hyun dan Soo Man. Ketika membuka pintu, betapa terkejutnya Soo Hyun mendapati Sung Min yang basah kuyup tengah berada di depan pintu rumahnya.

                “Sung Min-a… Aigoo, kau basah sekali…” ujar Soo Hyun seraya membawa Sung Min masuk ke dalam rumah.

                “Ajumma…” ucap Sung Min.

                “Kenapa kau hujan-hujanan seperti ini?” tanya Soo Hyun seraya mengeringkan rambut Sung Min.

                “Ajumma…

                “Sebaiknya kau ganti bajumu,” Soo Hyun hendak beranjak untuk mengambilkan Sung Min baju yang kering, namun Sung Min menahan tangannya.

                “Ajumma…

                Soo Hyun hanya menatap Sung Min.

                “Mwohaneun geoya, Sung Min-a?” tanya Soo Hyun pada akhirnya.

                “Eomma…  apa yang terjadi pada Eomma?” tanya Sung Min.

                Seketika itu juga, Soo Hyun merasa lemas mendengar pertanyaan Sung Min. Ia bingung harus berkata apa dan bingung bagaimana menjelaskannya pada Sung Min.

                “Ajumma…

                “Eommamu baik-baik saja,” jawab Soo Hyun.

                “Geojitmal,” ucap Sung Min.

                “Sung Min-a…”

                Soo Hyun semakin bingung harus mengatakan apa. Terlebih lagi, ia tak kuasa menatap wajah dan mata Sung Min. Bagi Soo Hyun, Sung Min masih terlalu kecil untuk bisa menghadapi kenyataan yang begitu menakutkan itu.

                “Sung Min-a, dengarkan aku. Eommamu, baik-baik saja. Saat ini, ia hanya sedang sakit. Kau harus menjaganya baik-baik. Buatlah Eomma mu bahagia dan wujudkanlah impian-impiannya. Kau juga harus selalu tersenyum dan bahagia, karena itulah yang Eomma mu inginkan,” jelas Soo Hyun.

                “Ajumma…

                “Bagi Tae Ri, senyuman dan kebahagiaanmu adalah segalanya,” ujar Soo Hyun.

                Tanpa Sun Min sadari, perlahan buliran-buliran bening itu kembali menetes dari mata mungilnya. Begitu juga Soo Hyun, ia semakin tak kuasa menahan rasa sesak yang semenjak tadi menjalar dalam dirinya. Terlebih kali ini, ia menyakisakn Sung Min menangis di hadapannya.

                “Sung Min-a…”

                Sung Min pun berlari keluar dari rumah Soo Hyun. Ia terus berlari di tengah hujan yang turun semakin deras itu. Yang Sung Min inginkan saat ini adalah ingin segera sampai di rumah untuk bertemu dengan ibunya, bidadari yang sangat ia rindukan.
***

                Hari ini, ketika Sung Min baru saja pulang dari sekolah, ia mendapati rumah begitu sepi. Namun ketika ia memasuki ruang tengah, ia mendapati beberapa balon yang tergeletak di lantai.

                “Saengil chukhahamnida… saengil chukhahamnida… saengil chukhae uri Sung Min… saengil chukhahamnida…” terdengar sebuah suara nyanyian.

                Sung Min pun segera membalikkan badannya untuk mencari sosok si pemilik suara tersebut. Sung Min segera berlari ke arah Tae Ri yang tengah memegang sebuah kue ulang tahun.

                “Eomma…” ucap Sung Min.

                “Ayo, buatlah sebuah permohonan…” ujar Tae Ri.

                Sung Min pun memejamkan matanya dan memohon dalam hatinya.

                “Tuhan, tidak banyak yang akan ku minta darimu. Namun, berikanlah Eomma kebahagiaan dan jangn pisahkan aku dengan Eomma. Karena bagiku, Eomma adalah puncak kasih sayangku,”

                Setelah membuat permohonan, Sung Min pun membuka kembali matanya dan segera meniup lilin yang berjumlah 7 buah itu. Tae Ri pun memberikan isyarat pada Sung Min untuk mencium pipinya. Sung Min mengerti akan hal itu dan iapun segera mencium pipi ibunya itu dan kemudian memeluknya dengan erat.

                “Eomma, jeongmal gomawo…” gumam batin Sung Min.

                Tae Ri pun meletakkan kue ulang tahun Sung Min dan segera memeluk malaikat kecilnya itu dengan erat.

                “Mianhae… jeongmal mianhae…” gumam batin Tae Ri.

                Dalam pelukan Sung Min, Tae Ri menangis. Namun ia segera menghapus buliran bening itu dan ia tak ingin Sung Min melihatnya menangis. Ia harus tetap terlihat kuat di depan Sung Min. karena jika tidak, maka Sung Min akan semakin terluka lebih dari apa yang ia bayangkan dan Tae Ri tak ingin hal itu terjadi.

                “Sung Min-a, bagaimana jika kita rayakan hari ini?” tanya Tae Ri bersemangat.

                Sung Min hanya menganggukkan kepalanya di sertai sebuah senyuman yang terkemabng di wajah manisnya.

                “Ah ya, kau tahu, Eomma membelikanmu sesuatu yang sangat kau inginkan,” ujar Tae Ri.

                “Mwoya?” tanya Sung Min penasaran.

                “Kaja…” ajak Tae Ri seraya meraih tangan mungil malaikat kecilnya itu.

                Tae Ri pun membawa Sung Min ke halaman belakang rumahnya. Di sana ia menunjukkan sebuah sepeda yang ia hiasi dengan pita. Sepeda itu lah yang menjadi kado ulang tahun Sung Min kali ini.

                “Sepeda?” tanya Sung Min sambil menatap raut wajah ibunya itu.

                “Ne… Eomma  sengaja membelikannya untukmu. Bukankah sudah lama kau menginginkan sepeda?” Tae Ri membelai wajah malaikat kecilnya itu.

                “Jeongmal gamsahamnida, Eomma…”  ucap Sung Min.

                “Kaja… Eomma ajari kau naik sepeda,” ujar Tae Ri.

                Sung Min pun menaiki sepeda itu. Dengan hati-hati, Sung Min mulai mengayuh sepedanya perlahan dengan bantuan Tae Ri.

                “Eomma…” Sung Min masih merasa ketakutan.

                “Gwaenchana… Eomma akan membantumu belajar naik sepeda,” ujar Tae Ri menenangkan puteranya itu.

                Perlahan Sung Min mengayuh sepedanya. Dengan sedikit rasa takut, Sung Min terus mengayuh sepedanya.

                “Ayo, berusahalah, kau pasti bisa,” ujar Tae Ri menyemangati puteranya.

                Sung Min mengayuh sepedanya perlahan. Meskipun baru sekejap belajar, Sung Min mulai mahir mengayuh sepedanya. Namun tanpa Sung Min sadari, ternyata Tae Ri terjatuh. Merasa sepedanya menjadi sedikit lebih ringan, Sung Min pun berhenti mengayuh sepedanya dan menoleh ke belakang.

                “Eomma…” teriak Sung Min seraya turun dari sepedanya dan menghampiri Tae Ri yang terduduk di tanah dengan wajah yang semakin memucat.

                “Gwaenchanha, Sung Min-a…” ujar Tae Ri.

                “Eomma, waeyo?” tanpa Sung Min perintahkan, buliran bening itu kembali mengalir dari mata mungilnya seiring dengan kekhawatiran yang mulai memenuhi relung batinnya itu.

                “Sung Min-a, Eomma baik-baik saja. Ayo, berlatih lagi,” ucap Tae Ri.

                “Shirheo…” ucap Sung Min seraya menopang tubuh Tae Ri.

                “Sung Min-a, uljima… Eomma baik-baik saja…” ujar Tae Ri.

                Tae Ri hendak menghapus buliran bening yang menuruni pipi malaikat kecilnya itu. Namun ia mulai melemas hingga akhirnya Tae Ri pingsan,

                “Eomma…” Sung Min histeris.
***

                Lagi, Sung Min menunggu di luar ruang perawatan Tae Ri. Ia duduk di lantai dengan memeluk kedua lututnya untuk meredam rasa takutnya. Sung Min masih belum di perbolehkan untuk masuk ke ruangan tempat ibunya di rawat. Sementara, Soo Man dan Soo Hyun baru saja keluar dari ruangan dokter yang merawat Tae Ri.

                “Sung Min-a…” Soo Hyun segera menghampiri Sung Min yang tengah duduk di lantai itu.

                Sung Min hanya menatap Soo Hyun. Dari tatapan Sung Min, tersirat cukup jelas bahwa ia memendam sebuah ketakutan yang sangat mendalam. Sung Min sangat mengkhawatirkan bidadarinya yang kini terkulai lemas di dalam sebuah ruangan yang membuatnya terpisah dengan bidadarinya itu.

                “Uljima, Sung Min-a, Eomma mu baik-baik saja…” Soo Hyun menghapus air mata Sung Min yang terus keluar dari mata mungil keponakannya itu.

                “Sung Min-a, kaja… dokter sudah memperbolehkan kita masuk ke ruangan Eommamu,” ajak Soo Man seraya mengulurkan tangannya pada Sung Min.

                Sung Min pun menatap raut wajah kakeknya itu sejenak, kemudian ia pun segera menyambut tangan kakeknya itu. Sung Min, Soo Hyun dan Soo Man pun masuk ke ruangan tempat Tae Ri di rawat. Di sana, Tae Ri ternyata sudah tersadar. Ia tengah menatap ke arah luar dari jendela yang berada tepat di samping tempat tidurnya.

                “Eomma…” dengan ragu, Sung Min memanggil bidadarinya.

                Mendengar suara Sung Min, Tae Ri segera menghapus buliran bening yang sengaja ia tahan itu, lalu segera mengalihkan pandangannya pada Sung Min.

                “Sung Min-a, kemarilah…” ucap Tae Ri.

                “Eomma, gwaenchanhayo?” tanya Sung Min.

                Tae Ri menatap Soo Man dan Soo Hyun.

                “Ne, Eomma gwaenchanha…” jawab Tae Ri.

                Rasa sesak kembali menjalar dalam diri Sung Min dan Tae Ri. Saat ini, yang mereka rasakan adalah sama-sama takut. Sung Min takut bahwa ia akan kehilangan bidadarinya sementar Tae Ri takut bahwa malaikat kecilnya akan merasa terpukul menerima kenyataan yang memang sangat pahit ini.

                “Sung Min-a, ada yang ingin Eomma  katakan. Kau dengarkan, ya…” pinta Tae Ri.

                Sung Min hanya menganggukkan kepalanya menjawab permintaan ibunya itu.

                “Sung Min-a, kau harus terus berusaha meraih impianmu. Belajar dengan baik. Raihlah cita-citamu. Wujudkanlah semua impianmu. Jangan pernah berputus asa. Hiduplah dengan baik dan berbahagialah. Ingatlah satu hal, tetaplah tersenyum. Karena senyumanmu adalah segalanya bagiEomma. Eomma tidak mau melihatmu bersedih apalagi menangis,” Tae Ri menyeka air mata yang perlahan kembali membasahi wajah malaikat kecilnya itu.

                “Sung Min-a, jika suatu saat nanti Eomma tidak bisa menjemputmu ke sekolah, ada Soo Hyun Ajumma  yang akan menjemputmu dan membuatkanmu sarapan, makan siang dan makan malam. Soo Hyun  Ajumma akan menyuapimu dan akan membawamu jalan-jalan juga akan membelikanmu ice creamkesukaanmu. Jika nanti kau merasa ketakutan, katakanlah pada kakekmu. Beliau akan menjagamu dengan baik sebagaimana Eomma  menjagamu,” ujar Tae Ri.

                “Eomma…

                “Tae Ri-ya…”

                “Sung Min-a, tahukah kau? Semalam Eomma  bermimpi bertemu dengan Dong Hae, Appa mu. Ia tersenyum dengan manis dan mengulurkan tangannya pada Eomma. Ia juga berpesan agar kau selalu bahagia dan selalu tersenyum. Ia tidak ingin melihatmu menangis. Ia ingin agar kau menjadi anak yang kuat,” ujar Tae Ri.

                Mendengar setiap ucapan Tae Ri, Soo Hyun semakin tidak kuasa menahan air mata yang sejenak tadi memenuhi kelopak matanya itu. Sementara Sung Min hanya menatap wajah pucat bidadarinya itu dengan tatapan polos.

                “Sung Min-a, kau menyayangi Eomma, kan? Kau mencintai Eomma, kan?” tanya Tae Ri.

                “Ne…” jawab Sung Min.

                “Sung Min-a, sekarang Eomma ingin tertidur. Tidur yang sangat lama. Kau jangan bangunkanEomma  dan jangan menangis ya?” ucap Tae Ri seraya mengenggam tangan malaikat kecilnya itu.

                “Ne, Eomma…” Sung Min menganggukkan kepalanya seraya menggenggam tangan bidadarinya itu dengan kuat.

                Tae Ri pun mulai memejamkan matanya secara perlahan. Setetes air mata terlihat menuruni wajah pucat Tae Ri. Seiring dengan jatuhnya buliran bening itu, saat itu juga Tae Ri menghembuskan nafas terakhirnya. Sung Min yang merasa genggaman tangan bidadarinya itu semakin melemah dan hingga akhirnya terkulai, sontak merasa takut dan khawatir.

                “Eomma… Eomma…” ucap Sung Min seraya mengguncangkan tubuh bidadarinya itu.

                “Eomma, andwae…” teriak Sung Min.

                “Sung Min-a, geumanhae…” ujar Soo Hyun seraya memeluk Sung Min yang mulai histeris itu.

                “Eomma…” teriak Sung Min.

= THE END =


= EPILOG =
Sejauh apapun ku berlari, hanya dirimu yang selalu bersamaku
Sedalam apapun aku terlelap dalam tidurku, hanya dirimu yang ku khawatirkan
Kau adalah puncak kebahagiaanku
Jangan pernah menangis lagi
Karena air mata itu berharga
Berbahagialah…

Comments

Popular This Week

Trunk - 고갱 (Gogang) [Let Free the Curse of Taekwondo OST]

Oh It’s my first time Something makes my heart beat again A hundred promises and a hundred words that are unforgettable such a lovely day But Then I become depressed again Because of a hundred habits that we made before made before step by step Love, It's not being faded It's just getting old together Driving of midnight why have I never known the difference between one and two One and two It was just Saturday my favorite song was playing on the radio And it all just happened by chance nothing more than that More than that somehow I was feeling so sad about the line of the song and then I became depressed again Because of a hundred songs that you played before step by step Love, It's not being faded It's just getting old together Driving of midnight why have I never known the difference between one and two Was it all because of you? load the trunk Let's leave this old town are you with me are you with me step by step Love, It's not being faded It'...

Popular All the Time

ONESHOOT = 아직은 안녕 우린 안돼요/ We can’t Separated Yet

아직은 안녕 우린 안돼요 We can’t Separated Yet Black Romance present special JH_Nimm’s birthday 2 A story by JH_Nimm ( http://jh-nimm.blogspot.com , http://www.twitter.com/JH_Nimm ) Title: 아직은 안녕 우린 안돼요 Also known as: We can’t Separated Yet Genre: Romance, Sad, Hurt, Family Rating : T Length : Oneshoot Disclaimer: Ini FF murni hasil dari pemikiran saya dan bukan hasil plagiat. So , jangan di Co-Pas seenak jidat, jangan di re-share tanpa seizin saya dan jangan di plagiat. Ini FF spesial ulang tahun saya. Like it, leave your comment, please… dislike it, don’t bashing, please… NO silent reader! Happy Reading… Gomawo…^^ Back sound      : Evanescence – My Immortal Main Cast: Lee Ji Hyeon EXO M’s Li Jia Heng (Kris) as Wu Yi Fan F(x)’s Victoria as Song Qian EXO M’s Luhan as Xi Lu Han Lee Jung Kwon Wu Xian Hua and other cast   = PROLOG = I want to learn all about you What do you lik...