JUST MY
PAST, NOT THEN
Black
Romance present
A story by
JH_Nimm
Title: Just
My Past, not Then
Also known
as: My Past
Genre:
Family, Romance, Sad
Rating: T
(PG-13)
Length:Oneshoot
Cerita ini
adalah sebuah FIKTIF belaka, apabila ada kesamaan nama, tempat dan kejadian,
semata-mata karena ketidaksengajaan.
All casts are belong to God, but this story
is JH_Nimm’s.
Don’t re-share without my permission.
Don’t forget to leave your appreciation.
Happy Reading… Thank you… :3
Note: yang di tulis miring adalah flashback
BACK
SOUND:
2am’s Chang Min, GLAM’s Da Hee – I Only
See One Person
CAST(s):
Park Jung Su
Park Ha Na
Lee Ji Hyeon
Lee Seung Gi
Shin Hye Bin
And other cast(s).
~~ PROLOG ~~
Semenjak
perpisahan yang sejatinya tak ku hendaki,
Tak
ada yang lain yang ku cari karena hati ini hanya tertuju padamu
Bahkan
di setiap bayangan masa lalu yang terlintas dalam pikiranku
Hanya
senyumanmu yang ku nantikan untuk menyapaku
Di
setiap pagiku yang cerah (lagi)…
(2013.07.01)
Author’s
POV
Angin
yang dingin bahkan sanggup berhembus memasuki ruangan bernuansa putih. Bahkan
rerintik hujan masih belum ingin berhenti menetes membasahi setiap permukaan
bumi di malam yang sepi ini. Di koridor sebuah ruangan tampak seorang pria
tengah dengan gelisah menunggu. Raut mukanya cukup menjelaskan bahwa ia tengah
sangat mengkhawatirkan seseorang. Seseorang yang begitu berarti baginya yang
tengah menjalani pemeriksaan.
“Keluarga
pasien?” terdengar sebuah suara. Suara seorang wanita yang sanggup membuat pria
itu membalikkan badannya dan menatap sesosok perempuan yang tengah berdiri di
bibir pintu dengan jas putih yang cukup menjelaskan bahwa ia adalah seorang
dokter.
Pria
itu hanya menatap perempuan itu. Begitu juga dengan perempuan itu. Tatapan mata
yang saling beradu. Seolah mereka sama-sama berbicara melalui tatapan itu.
“Keluarga
pasien Park Hana?” akhirnya perempuan itu berani membuka suaranya.
“Jeoyo…” jawab pria itu. “Aku Ayahnya…”
“Kondisi
puterimu baik-baik saja, ia hanya membutuhkan istirahat yang cukup,” jelas
perempuan itu.
“Syukurlah
jika begitu…” ucap pria itu.
“Lusa
pasien Park Hana sudah bisa di bawa pulang,” ucap perempuan itu.
Pria
itu hanya menganggukkan kepalanya. (http://jh-nimm.blogspot.com)
“Hamyeon…” ucap perempuan itu seraya
mulai melangkahkan kakinya.
“Ji
Hyeon-a…” namun pria itu menahan agar perempuan itu tak segera pergi.
“Masih
ada yang ingin Anda tanyakan, Jung Su-sshi?” tanya dokter yang ternyata bernama
Ji Hyeon, Lee Ji Hyeon itu seraya membalikkan badannya.
“Ini
bukan tentang Hana,” jawab pria bernama Jung Su, Park Jung Su itu.
“Geurigo, mwol?” tanya Ji Hyeon.
“Aku
hanya ingin mengatakan bahwa senang rasanya bisa bertemu denganmu lagi di
sini,” jawab Jung Su hati-hati.
“Itu
saja?” tanya Ji Hyeon. “Baiklah, masih banyak pasien yang harus ku tangani,”
Sebenarnya
Jung Su masih ingin bercakap banyak dengan perempuan bernama Ji Hyeon itu.
Namun melihat sikap Ji Hyeon juga kata-kata Ji Hyeon yang cukup menjelaskan
bahwa Ji Hyeon tak ingin lebih banyak berinteraksi dengannya (lagi). Akhirnya
Jung Su pun hanya bisa menatap arah kepergian Ji Hyeon, hingga perempuan yang
pernah bernaung di hatinya itu benar-benar menghilang dari jarak pandangnya di
balik sebuah ruangan bertuliskan R-02.
Jung
Su pun masuk ke dalam ruangan tempat seorang pasien bernama Park Hana, yang tak
lain adalah puteri semata wayangnya itu terbaring lemas. Jung Su pun duduk di
kursi yang berada di samping tempat tidur belahan jiwanya yang tengah tertidur
lelap itu. Ditatapnya wajah gadis kecil yang selalu sanggup membuatnya
melupakan apapun ketika rasa khawatir akan malaikat kecilnya itu menyeruak
dalam batinnya.
“Hana-ya,
mianhae…” ucap Jung Su seraya
menggenggam tangan gadis kecilnya itu. “Aku memang Ayah yang tak berguna, aku
tak bisa menjagamu…”
Jung
Su membelai wajah malaikat kecilnya itu. Semakin ia menatap wajah gadis
kecilnya, semakin ia teringat dengan masalalunya, semakin pula teringat dengan
wajah sang ibu dari gadis kecil. Ada rasa bersalaha, menyesal, sedih dan
bahagia yang kini tengah menyeruak dalam batin Park Jung Su. Hingga tanpa bisa
di tahan lagi, buliran bening itu mulai mengalir di pipinya membentuk sungai
kecil di wajah tampannya.
****
Matahari
mulai menyapa dunia yang sempat mendingin karena di sapa sang malam. Cahaya
hangatnya mulai menyinari seluruh permukaan bumi Seoul yang sempat basah karena
hujan yang juga turun semalam. Kilau keemasannya bukan hanya menyapa embun yang
merupakan jejak sang malam, tapi juga menyapa jejak-jejak hujan yang bermuara
di celah-celah tanah dan pepohonan.
Di
dalam sebuah ruangan bernuansa putih, tampak seorang pria baru saja membuka
matanya setelah selama satu malam ia tertidur di sebuah sofa berwarna hijau
muda yang berada di sudut ruangan. Belum lagi nyawanya terkumpul dengan
sempurna, matanya menangkap sosok perempuan tengah memeriksa gadis kecilnya
yang masih juga tertidur itu.
“Ji
Hyeon-a…” ucap pria itu.
Perempuan
bernama Ji Hyeon itu hanya menatap sekilas pria itu dan kembali melanjutkan
pemeriksaannya.
“Kondisi
pasien Park Hana sudah membaik, besok ia sudah boleh pulang. Aku juga sudah
membuatkan resep yang harus Anda tebus dan Anda bisa mengambilnya di bagian
administrasi ketika melakukan pembayaran,” jelas dokter bernama Ji Hyeon itu.
“Algesseumnida… gomapta…” ucap pria yang
tak lain adalah Park Jung Su itu.
“Hamyeon…” ucap Ji Hyeon seraya hendak
keluar dari ruang perawatan Park Hana itu.
“Jamkkanman,” ucap Jung Su seraya meraih
tangan Ji Hyeon. “Ada yang ingin ku katakan,”
“Katakan
saja,” ucap Ji Hyeon seraya melepaskan tangan Jung Su dari tangannya.
“Mianhae…” ucap Jung Su. “Aku tahu ini
mungkin sudah sangat terlambat bagiku untuk meminta maaf padamu, tapi…”
“Aku
sudah memaafkanmu,” ucap Ji Hyeon tanpa menatap Jung Su.
“Geuraesseo?” Jung Su mencoba meyakinkan
bahwa ia tidak salah dengar.
“Bagiku
tidak ada gunanya untuk terus menyimpan rasa marah terhadapmu, lagipula aku
sudah menjadikan semuanya yang sempat terjadi antara kita adalah masa lalu,”
jelas Ji Hyeon.
“Ada
satu hal lagi yang ingin ku tanyakan, walaupun ini adalah hal yang sangat tak
mungkin,” ucap Jung Su.
Ji
Hyeon hanya menatap Jung Su.
“Maukah
jika kita kembali memulainya dari awal?” tanya Jung Su tiba-tiba.
“Apa
yang kau katakan?” tanya Ji Hyeon balik.
“Aku
tahu bahwa permintaanku ini adalah sebuah permintaan bodoh, karena aku meminta
gadis yang sempat ku sakiti untuk kembali padaku,” jelas Jung Su.
“Geurigo?” tanya Ji Hyeon.
“Tapi
aku sungguh ingin kembali memulainya dari awal lagi… denganmu,” ucap Jung Su.
“Maaf
masih banyak pasien yang harus ku periksa,” ucap Ji Hyeon seraya meninggalkan
ruangan Park Hana.
“Ji
Hyeon-a…”
Jung
Su menghembuskan napasnya dengan kasar. Sungguh ia sendiri tak habis pikir dengan
apa yang baru saja ia lakukan. Tindakan bodoh dengan meminta seorang gadis yang
sempat ia sakiti untuk kembali dengan begitu mudah. Bagai tak pernah memikirkan
bagaimana perasaan Ji Hyeon. tetapi dalam hati Jung Su, ia sungguh ingin gadis
yang selalu sanggup merenggut seluruh perhatiannya itu kembali.
“Abeoji…” terdengar suara Hana yang
membuat Jung Su tersadar dan segera membalikkan badannya menatap gadis kecilnya
yang baru saja terbangun itu.
“Ne, Appa di sini…” ucap Jung Su.
“Aku
dimana?” tanya Hana seraya menatap sekitarnya yang tampak asing itu.
“Kau
di rumah sakit, sayang…” jawab Jung Su.
“Kenapa
aku ada di sini?” tanya Hana.
“Kemarin
aku demam dan sangat panas, Appa
takut terjadi sesuatu padamu, makanya Appa
membawamu ke rumah sakit,” jelas Jung Su.
Hana
hanya menatap Ayahnya itu.
“Geokjeonghajima, Euisa Seonsaengnim
mengatakan bahwa kau tidak apa-apa,” ucap Jung Su yang kemudian mendaratkan
sebuah kecupan lembut dan hangat di puncak kepala gadis kecilnya itu.
****
Siang
harinya, Hana masih berada di dalam ruang perawatannya. Sementara sejak pagi
Jung Su sudah pergi ke kantor karena ada meeting
dengan beberapa rekan bisnisnya. Ji Hyeon datang untuk kembali memeriksa
keadaan Hana. (http://jh-nimm.blogspot.com)
“Sudah
di makan obatnya?” tanya Ji Hyeon.
Hana
hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Ji Hyeon yang tengah memeriksanya
itu.
“Kondisimu
sudah semakin membaik, besok kau sudah boleh pulang,” jelas Ji Hyeon.
“Gamsahamnida, Euisa Seonsaengnim…” ucap
Hana.
“Sekarang
sebaiknya kau beristirahat,” ucap Ji Hyeon seraya membelai wajah Hana.
Ji
Hyeon selesai memeriksa Hana, ia pun hendak meninggalkan Hana.
“Eomma…” tiba-tiba Hana menahannya dengan
kata ‘Eomma’ yang membuat Ji Hyeon
kembali membalikkan badannya.
“Eomma?” tanya Ji Hyeon.
“Apakah
kau wanita itu?” tanya Hana.
“Apa
maksudmu?” tanya Ji Hyeon.
“Wanita
yang di cintai Ayahku,” jawab Hana.
“Tapi
aku bukan Eommamu…” ucap Ji Hyeon.
Hana
dan Ji Hyeon hanya saling menatap.
“Tapi
tadi pagi aku mendengar Ayah bicara denganmu dan Ayah memintamu kembali. Dulu
Ayah pernah mengatakan bahwa Eomma
pergi meninggalkanku setelah melahirkanku,” jelas Hana.
Mata
Hana mulai berkaca-kaca. Dalam batin gadis kecil itu berkecamuk antara sebuah
harapan besar bahwa benar Ji Hyeon adalah ibunya, dan khawatir bahwa ibunya
bukanlah Ji Hyeon yang telah benar-benar pergi meninggalkannya.
“Maafkan
aku jika harus menjelaskannya padamu, tapi aku rasa usiamu sudah cukup besar
untuk mengerti dengan apa yang aku katakan,” ucap Ji Hyeon.
Hana
hanya menatap Ji Hyeon.
“Dengarkan
aku,” ucap Ji Hyeon seraya menggenggam tangan Hana. “Ibumu, bukanlah aku. Apa
yang kau dengar tadi itu juga benar jika Ayahmu, Park Jung Su memintaku
kembali. Tapi aku hanyalah wanita dari masa lalu Ayahmu sebelum Ayahmu menikah
dengan Ibumu, Shin Hye Bin,”
Buliran
bening itu mulai mengalir membasahi wajah Hana, membentuk sungai kecil di wajah
malaikat kecil Park Jung Su itu.
“Ibumu,
Shin Hye Bin, dia memang pergi meninggalkanmu. Itu karena dia meninggal sesaat
setelah melahirkanmu karena Hye Bin mengalami pendarahan yang cukup hebat,”
jelas Ji Hyeon.
“Geurigo… nae Eomma…” Hana mulai tak
sanggup lagi menahan sesak yang semakin menyeruak dalam dadanya. Ia menangis
hebat.
Melihat
Hana menangis, Ji Hyeon pun merangkul Hana ke dalam pelukannya.
****
Flashback 10 years ago…
Di dalam sebuah ruang persalinan,
suasana tampak panas. Terlebih lagi seorang wanita yang tengah berjuang untuk
melahirkan bidadari kecilnya itu mengalami kesulitan sementara kondisinya mulai
melemah karena kehabisan tenaga.
“Tarik napas… dorong lebih kuat
lagi…” seorang dokter terus memberikan isyarat agar wanita itu bisa melahikan
bayinya.
Wanita itu pun terus berusaha
mendorong bayinya yang mulai keluar itu.
“Iya, sedikit lagi… dorong lebih
kuat lagi…” ucap dokter ketika melihat sang bayi mulai berhasil dilahirkan.
HUAA… AAA…
Terdengar suara tangisan bayi. Ya,
sang bayi sudah keluar dengan selamat dan terlahir dengan kondisi yang normal.
Namun lain lagi dengan kondisi sang ibu, ia tampak sangat pucat dan semakin
melemah.
“Kim Seonsaengnim, pasien mengalami pendarahan yang hebat,” ucap salah seorang dokter
muda dengan name-tag Lee Ji Hyeon
itu.
“Segera tangani pendarahannya dan
pasang alat bantu pernapasan,” perintah dokter Kim.
Beberapa suster mulai melakukan
tindakan pertolongan untuk menghentikan pendarahan pasien. Sementara dokter
muda bernama Ji Hyeon itu mulai memasang alat bantu pernapasan.
“Andwae… Ji Hyeon-a…” ucap
pasien ketika Ji Hyeon hendak memasang alat bantu pernapasannya.
“Hye Bin-a, kondisimu sangat
kritis,” ucap Ji Hyeon.
“Tugasku sudah selesai. Tolong
sampaikan pada Jung Su untuk menjaga dan membesarkan anak kami dengan baik,”
ucap pasien bernama Hye Bin itu.
“Ne…” ucap Ji Hyeon
seraya memasangkan alat bantu pernapasan.
Namun baru saja Ji Hyeon selesai
memasangkan alat bantu pernapasan tersebut, pasien bernama Shin Hye Bin itu
sudah menghembuskan napas terakhirnya.
“Andwae!” teriak Ji
Hyeon yang segera melakukan RPJ (Resusitasi Jantung Paru-paru) ketika napas Hye
Bin terhenti.
“Ji Hyeon-a, geumanhae… Pasien Shin Hye Bin terlalu banyak mengeluarkan darah, tidak ada yang
bisa kita lakukan lagi untuk menolongnya,” ucap salah seorang dokter muda
dengan name-tag Lee Sung Gi itu
seraya menghentikan tindakan RPJ yang dilakukan Ji Hyeon.
“Hye Bin-a, mianhae…”
ucap Ji Hyeon.
Bagaimana tidak Ji Hyeon merasa
terpukul dengan kepergian Hye Bin yang ia saksikan dengan mata kepalanya
sendiri itu. Bukan hanya karena Hye Bin adalah sahabatnya, tetapi juga Hye Bin
adalah wanita yang saat ini merupakan ibu dari pria yang Ji Hyeon cintai.
Flashback END…
****
Malam
harinya, setelah semua urusan di kantornya selesai, Jung Su pun kembali ke
rumah sakit untuk menjemput Hana. Karena pihak rumah sakit juga sudah
mengizinkan Hana untuk di bawa pulang.
“Abeoji…” ucap Hana sambil menatap
Ayahnya yang tengah merapikan pakaiannya itu.
“Wae?” tanya Jung Su.
“Nae Eomma…” jawab Hana. “Eomma sudah meninggal, kan?”
Mendnegar
pertanyaan Hana membuat Jung Su menghentikan pekerjaannya. Jung Su menatap
gadis kecilnya itu lalu memeluknya. (http://jh-nimm.blogspot.com)
“Mianhae…” ucap Jung Su.
“Kenapa
Appa tidak memberitahukannya sejak
dulu?” tanya Hana.
“Karena
Appa takut kau belum siap untuk
mendengarnya,” jawab Jung Su.
“Ji
Hyeon Seonsaengnim yang
memberitahuku,” ucap Hana. “Dia menceritakan semuanya padaku,”
Jung
Su terkejut mendengar ucapan Hana.
“Tunggu
sebentar di sini,” ucap Jung Su seraya beranjak dan keluar dari ruang perawatan
Hana.
Rupanya
Jung Su bermaksud untuk mencari Ji Hyeon dan meminta penjelasan Ji Hyeon.
Bahkan jika bisa, Jung Su ingin meminta Ji Hyeon untuk kembali padanya. Jung Su
pun menemukan Ji Hyeon yang saat itu tengah berjalan-jalan di sekitar rumah
sakit bersama seorang dokter lainnya.
“Ji
Hyeon-a…” panggil Jung Su.
Ji
Hyeon dan dokter itu pun menghentikan langkahnya.
“Ada
yang ingin ku tanyakan,” ucap Jung Su seraya menarik tangan Ji Hyeon.
“Andwaeyo…” rupanya tangan dokter yang
sedang bersama Ji Hyeon itu menahan Jung Su.
“Wae?” tanya Jung Su.
“Meskipun
Ji Hyeon pernah menjadi masa lalumu, tapi tolong lepaskan Ji Hyeon. Karena kau
tak punya hak apapun lagi atas Ji Hyeon,” jawab dokter itu.
“Ji
Hyeon-a…” ucap Jung Su.
“Mianhae, tapi benar apa yang Seung Gi Oppa katakan,” ucap Ji Hyeon. “Kau
hanyalah masa laluku,”
“Tapi
aku bisa melihatnya, Ji Hyeon-a…” ucap Jung Su.
“Mwol?” tanya Ji Hyeon.
“Sedikitnya
kau masih memiliki perasaan itu untukku, kan?” tanya Jung Su.
“Kau
salah,” ucap Ji Hyeon.
Jung
Su terkejut ketika mendengar ucapan gadis yang sempat begitu sangat mencintainya
itu.
“Benar
jika aku sempat begitu mencintaimu, tapi itu di masa lalu. Karena saat ini, aku
sudah menemukan seseorang yang sangat ku cintai dan sangat berharga bagiku,”
jelas Ji Hyeon.
“Apa
maksudmu?” tanya Jung Su.
“Mungkin
terlambat bagiku untuk memberitahukannya padamu. Tapi perkenalkan, ini Seung Gi
Oppa, dia adalah suamiku,” jawab Ji
Hyeon.
Jung
Su terkejut. Seolah lidahnya menjadi kelu bahkan untuk mengatakan satu katapun
dihadapan gadis yang begitu dengan gila ia rindukan itu kini memperkenalkan
seorang pria yang tepat berada di sampingnya itu adalah suaminya.
“Hubungan
kita adalah masa lalu, bahkan aku sudah menganggapnya masa lalu sejak kau
menikah dengan sahabatku sendiri, Hye Bin. Dan hubungan masa lalu itu tidak
bisa kita lanjutkan lagi saat ini,” ucap Ji Hyeon.
“Maaf
jika memang aku harus mengatakannya, tapi jika memang kau masih mencintai Ji
Hyeon, lepaskan Ji Hyeon dan biarkan Ji Hyeon bahagia bersamaku,” ucap Seung
Gi.
“Mianhae…” ucap Ji Hyeon.
****
Flashback 10 years ago…
Angin yang menerpa tak seperti
biasanya. Ia menghembuskan udara dingin. Begitu dinginnya hingga membuat gadis
berambut panjang kecoklatan itu memeluk tubuhnya untuk memberikan sedikit
kehangatan. Meskipun angin yang berhembus kian mendingin, namun ia masih tak
beranjak dari tempatnya. Ia masih dengan setia menunggu kedatangan pria yang
selalu sanggup memenuhi ruang pikirannya itu.
“Ji Hyeon-a…”
Ketika mendengar sebuah suara yang
selalu ia rindukan itu memanggil namanya, gadis bernama Ji Hyeon itupun segera
membalikkan badannya. Ia tersenyum dengan cerah ketika menatap sesosok pria
tengah berdiri beberapa langkah darinya itu.
“Jung Su Oppa…” ucapnya.
“Suda lama menunggu?” tanya pria
bernama Jung Su itu.
Gadis bernama Ji Hyeon itu hanya
menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan dari pria yang selalu
mendatangi setiap mimpi di tidurnya itu.
“Ada yang ingin ku katakan,” ucap
Jung Su hati-hati.
“Mwoya?” tanya Ji
Hyeon.
“Mianhae…” ucap Jung Su
tiba-tiba.
Nada kekhawatiran mulai menelusup ke
dalam relung batin Ji Hyeon. Ia mulai mengantisipasi segala hal yang akan Jung
Su katakan.
“Setelah ini kau boleh membenciku,
bahkan jika memang kau begitu membenciku, kau boleh membunuhku…” ucap Jung Su.
“Apa maksudmu?” Ji Hyeon
berpura-pura tidak mengerti dengan apa yang Jung Su katakan.
“Aku bukanlah lelaki yang baik
untukmu, aku hanya lelaki br*ngsek yang dengan tega melukai gadis sepertimu.
Aku sungguh tak pantas untukmu,” ucap Jung Su.
“Katakan apa yang sebenarnya
terjadi,” pinta Ji Hyeon.
“Aku harus mempertanggung-jawabkan
atas apa yang ku lakukan,” ucap Jung Su.
Ji Hyeon hanya menatap Jung Su.
Namun tatapannya beralih ketika sesosok gadis yang sangat ia kenali muncul dari
balik pohon yang ia gunakan untuk bersembunyi.
“Aku akan menikah dengan Hye Bin,”
ucap Jung Su.
DEG!
Jantung Ji Hyeon seolah berhenti
sejenak ketika mendengar sebuah pernyataan yang tak pernah ia duga sebelumnya
itu.
“Mianhae, Ji Hyeon-a…
Mianhae…” ucap Hye Bin.
“Kalian…” Ji Hyeon menggantung
kalimatnya.
“Mungkin ini terlalu tiba-tiba, tapi
aku juga tak menyangka bahwa akhirnya akan seperti ini,” ucap Jung Su. (http://jh-nimm.blogspot.com)
Ji Hyeon tak bergeming. Di tatapnya
kedua manusia yang begitu dekat dengannya itu.
“Hye Bin tengah mengandung anakku
dan aku harus mempertanggungjawabkannya dengan menikahi Hye Bin,” jelas Jung
Su.
“Ha… Hahaha…” Ji Hyeon hanya tertawa
mendengar penjelasan Jung Su, walau sebenarnya tak dapat di pungkiri bahwa
hatinya mengatakan bahwa itu bukanlah sebuah lelucon.
Jung Su dan Hye Bin lantas terkejut
mendengar respon Ji Hyeon.
“Bercanda kalian keterlaluan,” ucap
Ji Hyeon.
“Ji Hyeon-a…”
“Ulang tahunku masih lama…” ucap Ji
Hyeon, sementara tak dapat di tahan lagi bahwa air mata yang mulai mengalir di
pipinya itu adalah pertanda bahwa ia terpukul dengan kenyataan pahit yang baru
saja ia dengar itu.
“Ji Hyeon-a…”
“Bercanda kalian keterlaluan…” Ji
Hyeon mulai terisak.
“Mianhae…” ucap Hye Bin. “Kau boleh mengutuk kami karena
dengan teganya kami mengkhianatimu,”
PLAK!
Sebuah tamparan mendarat di wajah
Jung Su.
“Selamat!” ucap Ji Hyeon.
“Mianhae…” ucap Jung
Su.
“Maafkan aku karena aku tak bisa
mengendalikan diriku sehingga aku menamparmu,” ucap Ji Hyeon. “Tapi selamat
atas pernikahan kalian,”
“Ji Hyeon-a…”
“Mungkin aku memang bukan wanita
yang baik, sehingga Tuhan lebih memilih Hye Bin untuk menjadi ibu dari
anak-anakmu,” ucap Ji Hyeon.
Mendengar ucapan Ji Hyeon, rasa
bersalah dan penyesalan mulai menyeruak dalam batin Jung Su dan Hye Bin.
Bagaimana tidak, bagi Jung Su, Ji Hyeon adalah seorang gadis yang sangat baik
dan teramat mencintainya namun dengan teganya ia mengkhianatinya. Sedangkan
bagi Hye Bin, Ji Hyeon adalah seorang sahabat yang ia kenali sejak di bangku
sekolah menengah yang bahkan terlalu baik untuk ia khianati. Tapi apa yang
mereka lakukan sekarang? Jung Su berselingkuh dengan gadis yang tak lain adalah
sahabat baik Ji Hyeon dan Hye Bin dengan teganya merebut kekasih yang sangat Ji
Hyeon cintai.
“Semoga kalian bahagia…” ucap Ji
Hyeon seraya berlari meninggalkan Jung Su dan Hye Bin yang masih mematung
menatap kepergiannya.
Ji Hyeon terus berlari. Namun ketika
ia sampai ke sebuah taman, ada sebuah tangan yang dengan hangat menggenggam
tangannya, lalu menariknya ke dalam sebuah pelukan.
“Seung Gi Oppa…” ucap Ji Hyeon ketika menyadari bahwa lelaki yang tengah memeluknya
kini itu adalah Lee Seung Gi, seorang pria baik yang selalu ada ketika ia
butuhkan itu.
“Menangislah,” ucap Seung Gi seraya
memperat pelukannya seolah tak ingin membiarkan gadis yang teramat berharga itu
pergi dengan membawa kesedihan yang tengah menggelayuti pikirannya.
Flashback END…
****
Di
sebuah pemakaman, tampak seorang pria tengah membelai batu nisan istrinya. Ya,
pria itu tak lain adalah Jung Su.
“Hye
Bin-a, apa yang sudah kita lakukan?” tanya Jung Su.
Tak
ada jawaban. Jung Su hanya bisa menatap batu nisan Hye Bin. Ia menangis. Rasa sedih,
penyesalan dan rasa bersalah yang kini tengah mendominasi batinnya. Bagaimana tidak,
di masa lalu ia sudah melepaskan dan bahkan menyakiti gadis yang teramat
mencintainya dan melakukan sebuah kesalahan besar dengan gadis yang tak lain
adalah sahabat dari gadsis terkasihnya.
“Uljima…”
Jung
Su mendengar sebuah suara yang sangat ia kenali. Dan ketika ia mengangkat
wajahnya, ia melihat sebuah tangan kecil terulur dengan sebuah sapu tangan
berwarna peach, sementara seorang
gadis juga tengah tersenyum padanya.
“Hana-ya…”
ucap Jung Su.
“Uljima…” ucap gadis kecil bernama Hana
itu seraya meraih wajah Ayahnya dan menghapus air mata Ayahnya.
“Mianhae…” ucap Jung Su seraya menarik
gadis kecil yang selalu menjadi penyemangat hidupnya itu ke dalam pelukannya.
==
THE END ==
Saengil chukha hamnida… Saengil chukha
hamnida…
Saranghaneun uri Leeteuk…
Saengil chukha hamnida…
Ahahaha
siapa yang kangen sama Hyeon-Teuk Couple?
Wah,
sudah sangat lama sekali ya itu Couple tak muncul di dunia per-FF-an. #DOR
Tapi
kali ini Ji Hyeon kembali datang bersama Leeteuk yang sedang berulang tahun,
namun dengan sebuah kisah Fan Fiction yang… well… gimana? Hahaha
Buat
uri Leader, Leeteuk alias Park Jung Su,
Maafkan
aku jika aku memang tak punya hadiah spesial buat ulang taunmu ini, mas.
Seperti
yang kau tahu, aku cuma punya sebuah FF yang bahkan mungkin tak seindah
senyumanmu :3
Tapi
di ulang tahunmu yang ke-31 ini,
Semoga…
… … … amin…
Tambah…
… … … amin…
Hahaha
masih ngikutin Tsuki, biar isi sendiri ya doa ulang tahunnya.
Satu
doa lagi dah, cepetan nikah, bang…
Usiamu
kelewat matang itu, bang… Ane sedia kok… :3
Regard,
JH_Nimm
p.s)
sorry for any mistakes and some typos :p
Buat
IFa, gimana dengan peranmu di sini?
Eon
cuma memenuhi janji bahwa FFnya akan sad ending. #kabur
Comments
Post a Comment