Baby, 사랑합니다…
Baby, Saranghamnida…
Black Romance present
A story by Nisyana feat JH_Nimm
Title : Baby, 사랑합니다…
Also known as : Baby, Saranghamnida…
Genre : Romance
Rating : T
Length : Oneshoot
Cast:
Kim Junmyeon, Lee Jihyeon, Choi Shinra, Do Kyungsoo
Back Sound :
Astrid & Tim Hwang – Saranghamnida
4Men – Baby Baby ( Lagu kesukaan Junmyeon)
Brown Eyed Girls’s Ga In – For You Not to Know
Notes:
Haii, yeorobeun *
Kami author selaku pecinta EXO kebangetan *ga nanya* membawa sebuah FF yg sebenarnya cerita ini tidak disengaja, awalnya cuma iseng-iseng akhirnya malah jadi kebikin ‘mini drama’ . Kalau kalian mau tau ya, kita malah tulis ini FF di coment status nya admin SJFF ‘JH_Nimm’ ampe jam 12 malem. Dan kita sepakati buat bikin ‘mini drama’ sebagai FF untuk membuat semua orang jungkir balik seperti yang kita rasakan. Dan diharapkan untuk para readers siapin kipas kalo-kalo pipinya pada merah atau siapin diri takutnya pada nge-FLY suatu waktu *Ke-pe-de-an amat nih author*
Okai, berhubung ada dua author disini kita mau kasih tau pembagian cast yg kita bikin .
Kim Junmyeon / JUNMYEON ‘EXO’ = AUTHOR NISYANA NOVIANTI ( Yang jadi Junmyeon disini author Nisyana )
Lee Jihyeon = AUTHOR JH_NIMM ( Yang jadi Jihyeon disini author JH_Nimm)
Baiklah daripada banyak-banyak bercuap, langsung dibaca aja yaa… Happy reading ^^
JANGAN JADI PLAGIAT!! NO COPAS DAN NO GANTI CAST. TOLONG HARGAI AUTHOR. TERIMA KASIH.
Happy Reading…
Gamsahamnida…^^
= PROLOG =
Seolah tidak sadar, bahkan mataku selalu tertuju padamu
Hanya tertuju kepadamu
Seolah semua system sarafku selalu secara otomatis merespon semua tentangmu
Hanya kau…
Kau yang telah merampas semua perhatian dan kasih sayangku
Saranghamnida…
Author POV
Seorang gadis nampak merenggut tak jelas setelah 1 jam lalu. Mulutnya tak berhenti berkomat-kamit, menggerutu disetiap kalimat yang terlontar darinya. Tangannya mengepal keras menandakan amarah yang membucah dari dadanya. Pipinya memerah menahan kekesalannya. Seorang gadis lain nampak begitu ketakutan melihat temannya begitu terlihat seperti malaikat pencabut nyawa.
“Kim Junmyeon sialan!!” umpatnya sambil menggertakan giginya, kesal.
“Yak, Jihyeon~ah.. Kau menakutkan!” ucap seorang gadis yang sedari tadi nampak hanya diam. Yang di panggil namanya hanya menarik nafasnya keras dan memukul meja mengusir amarahnya.
“Yak, Lee Jihyeon! Kau mau menghancurkan meja kantin, eoh??” Jihyeon mengacuhkan temannya yang terlihat ikut kesal karna dirinya.
“Shinra Eonni~ kalau bisa aku ingin menghancurkan kantin disini!” ucapnya dingin. Choi Shinra. Sahabat dari Lee Jihyeon hanya mendengus melihat kelakuan temannya yang sudah hampir gila itu.
“Aish~kau ini terlalu berlebihan! Hei, itu hanya foto. Lagipula mereka tidak melakukan apapun kan? Hanya duduk bersebelahan saja.” Ujarnya sambil melihat foto yang dibicarakan Jihyeon.
“Mwo? Eonni, kau bisa seenaknya berbicara seperti itu tanpa tau perasaanku kan? Dia duduk bersama seorang gadis!!! Coba bayangkan yang duduk disitu adalah Kyungsoo!” Shinra menatap Jihyeon cepat mendengar perkataan Jihyeon.
“Yak! Kenapa harus bawa-bawa Kyungsoo hah? Dia bukanlah orang macam begitu!” umpatnya merasa kesal karna kekasihnya harus dibawa dalam percakapan ini.
“Jadi, maksudmu Junmyeon adalah orang yang macam seperti itu?” Jihyeon balas melotot pada Shinra. Shinra mendengus sebal melihat kelakuan sahabatnya yang begitu tidak mau mengalah.
“Bukan begitu maksudku.. Lee Jihyeon dengar ya, foto itu kan disaat Junmyeon masih di sekolah menengah. Disaat dia belum bertemu denganmu, lalu apa yang kau kesalkan? Mereka kan sedang tidak berpegangan tangan atau berselca bersama. Hanya duduk bersebelahan saja. Ayolah~ kau sudah dewasa.”
“Ah~ susah berbicara denganmu. Aku pergi.” Katanya sambil menyeruput minuman terakhirnya dan bersiap untuk pergi.
“Yak~ kenapa kau jadi marah padaku?”
“Lupakan!” Jihyeon beranjak dari kantin dan meninggalkan Shinra yang sudah dibuat stress.
Lee Jihyeon dan Choi Shinra. Kedua gadis yang sudah lama bersahabat ini bahkan sudah seperti saudara, sudah barang tentu mereka saling mengenal satu sama lain. Namun bagi Shinra, baru kali ini dia melihat Jihyeon semurka itu hingga marah juga padanya.
"Jihyeon-a...!!” teriak Shinra sambil mengejar Jihyeon yang semakin jauh meninggalkannya. Tapi Jihyeon sama sekali tidak menghiraukan Shinra dan tetap melangkah. Hingga pada akhirnya, Jihyeon menghentikan langkahnya.
"Jihyeon-a..." ucap Shinra ketika berhasil menyusul Jihyeon yang tengah berdiri sambil menundukkan wajahnya. Shinra hanya bisa menatap wajah Jihyeon yang tertutupi rambut panjangnya itu.
"Jihyeon-a..." Shinra memegang bahu Jihyeon. Terdengar suara isak tangis. Akhirnya Shinra pun mengangkat wajah Jihyeon dan menepikan rambut-rambut yang menghalangi wajah Jihyeon.
"Uljima..." Shinra menghapus air mata Jihyeon. Jihyeon pun menghambur ke pelukan Shinra dan menangis sejadinya.
"Uljima... Jangan berpikir macam-macam. Aku yakin ini salah paham. Kau juga tahu sendiri Junmyeon bukan orang seperti itu kan? Geureom, tenanglah..." ucap Shinra sambil membelai punggung Jihyeon lembut. Jihyeon tetap terisak. Entah mengapa dia begitu marah saat melihat foto itu. Memang, foto itu sama sekali tidak menunjukkan kedekatan apapun. Di foto itu pun Junmyeon hanya duduk bersebelahan dengan seorang perempuan -mungkin- teman lamanya. Shinra mengelus rambut Jihyeon bermaksud menenangkan hati sahabatnya itu. Dia juga begitu mengerti bagaimana perasaan sahabatnya ini pada kekasihnya.
***
Jihyeon POV
Pelajaran bahasa inggris baru saja selesai 10 menit yang lalu. Guru dan teman-temanku sudah meninggalkan kelas. Tapi, aku sama sekali tidak beranjak dari kelasku, malas. Aku menelungkupkan kepalaku dalam ke meja.
Tiba-tiba ada yang menyentuh rambutku pelan. Aku mendongakan kepalaku cepat karna terkejut. Aku menghembuskan nafasku keras begitu melihat siapa yang sudah mengganggu ketenanganku. Seorang lelaki yang menyebabkan daya pikiranku tiba-tiba melambat, lelaki yang dengan suksesnya membuat mood ku berubah hanya dalam beberapa detik, lelaki yang sebenarnya ingin aku jambak detik ini juga. Ya, Kim Junmyeon. Lelaki paling menyebalkan yang menjadi kekasihku.
Dia tersenyum manis padaku, kebiasaannya bila bersamaku. Tidak..tidak hanya padaku! Tapi semua orang!! Sebenarnya dia ini orang yang suka sekali tebar senyum pada siapapun, bahkan dia disebut 'Guardian Angel' karna katanya dia itu seperti malaikat dan bisa melindungi siapapun. Cih~ terlalu berlebihan!! Aku membuang mukaku ke samping, mengacuhkannya lebih tepatnya. Bisa ku dengar dia menghela nafasnya dan kemudian duduk disampingku.
"Kau selalu seperti ini. Apalagi salahku kali ini?" ucapnya lembut sambil menyentuh ujung rambutku. aish~ aku benar-benar risih di perlakukan seperti ini.
"Nothing!" dia diam tak menjawab apapun.
Aku pun beranjak dari tempatku dan hendak meninggalkannya. Tapi ku rasa tangannya meraih tanganku untuk menahanku. Sungguh untuk saat ini aku benar-benar malas melihatnya. Aku marah. Iya. Bahkan aku kecewa dengan photo laknat itu. Tapi apa dia tidak mengetahuinya?
"Marhaebwa," ucapnya. Dari sudut mataku, ku lihat dia berdiri sementara tangannya masih dengan pasti memegang tanganku. Tapi aku sedang tidak ingin menatapnya. Sungguh. Ku rasakan genggamannya begitu hangat, namun tetap tidak bisa mencairkan kemarahanku.
"Jihyeon-a..." ucapnya.
"Mwoya?" tanyaku dingin.
"Katakan ada apa? Apa kau marah? Kenapa kau seperti ini?" tanyanya. Haruskah aku menjelaskannya?
"Lepaskan," ujarku sambil berusaha melepaskan tanganku dari genggaman tangannya.
"Shireo. Sebelum kau menjelaskannya, aku tidak akan melepaskannya," ucapnya keras kepala.
"Aku mau pulang," ucapku sambil tetap berusaha melepaskan tanganku.
"Dan aku tidak apa-apa." aku menghentakan tanganku keras sehingga genggamannya terlepas dari tanganku. Aku berjalan cepat meninggalkan kelas. Dia mengikutiku dari belakang tanpa berbicara apapun. Aku menghentikan langkahku tiba-tiba dan sukses membuat badannya menubruk punggungku. Aku meliriknya dari ekor mataku.
"Maaf. Lain kali kalau mau berhenti bilang dulu!" dia mengelus punggungku yang tadi dia tubruk. aku meniup poniku merasa jengah dan jengkel. Aku membalikkan tubuhku hingga menatapnya. Astaga! aku baru sadar bahwa dia baru saja potong rambut dan itu membuatnya terlihat lebih tampan dari sebelumnya! Yak! Jihyeon~ kau ini ceritanya sedang marah tapi kenapa malah sempat-sempatnya memuji dia? Aku menggelengkan kepalaku keras membuang semua pikiran aneh yang bersarang di otakku! Lihat! Kau benar-benar membuat otak dan pikiranku bekerja tidak sesuai pada tempatnya! Kim Junmyeon sialan!!
"Ada yang aneh pada ku?" tanyanya yang membuatku tersadar. Aku mencibir ke arahnya dan melanjutkan langkahku. Dia berjalan cepat untuk menyesuaikan langkahnya denganku.
"Kau ini kenapa sih?" dia bertanya itu lagi. Aku mengeluarkan ponselku di saku rok seragam yang ku kenakan. Aku mengetik sebuah pesan, setelah selesai aku kembali memasukkan ponselku. Ponsel nya berdering, dia membuka ponselnya dan menatapku terkejut.
"Astaga! Aku ada disampingmu, kenapa malah mengirim pesan?" keluhnya setelah dia membaca isi pesan itu. Ya, aku mengirimnya pesan karna malas berbicara dengannya. Berlebihankah? Terserah! Tapi yang pasti aku benar-benar sedang tidak ingin membuang tenaga dan air liurku hanya untuk berbicara dengannya apalagi mengungkit masalah yang sebenarnya padanya. Aku mengangkat bahu ku acuh, lagipula itu hak ku kan aku mau bicara atau tidak.
"Jihyeon-a..." dia masih mengejarku. Tapi aku juga tidak ingin menghentikan langkahku dan malas menghiraukannya.Hingga akhirnya, dia berhasil menyusulku sampai akhirnya membuatku menghentikan langkahku dan dia berdiri tepat dihadapanku.
"Minggirlah!" ucapku ketus.
"Jelaskan sebenarnya ada apa?" tanyanya. Aku memalingkan wajahku dan akhirnya aku menemukan sosok yang dapat membebaskanku dari Kim Junmyeon.
"Shinra Eonni!!" teriakku. Aku pun segera menghampiri Shinra eonni yang terpaksa menghentikan langkahnya karena aku memanggilnya.
"Jihyeon-a..." haish, makhluk ini masih saja mengejarku.
"Junmyeon Oppa!" ucap Shinra Eonni sambil menatap Junmyeon.
"Eonni-ya, kita pulang sekarang," aku menarik tangan Shinra eonni. Dia kebingungan dan menoleh ke belakang, melihat Junmyeon yang terus saja mengikutiku.
"Tapi..." ucapan Shinra eonni tertahan karena aku terus menarik tangannya.
Tak kuhiraukan dia yang tetap saja mengikutiku di belakang. Sebenarnya aku tak tega sih berlaku seperti ini padanya. Hanya saja amarahku menaklukan apapun. Aku kembali mengiriminya pesan lewat ponselku. Aku melirik ke belakang dan tak ku dapati Junmyeon mengikutiku lagi. Aku menarik nafasku lega, akhirnya aku terbebas dari nya. Pletak! Ku rasakan kepalaku dipukul sesuatu. Tentu saja! Shinra eonni menjitak kepalaku tanpa sungkan.
"Eonni~ya! Kau ini apa-apaan sih??" aku mengelus kepalaku yang sakit akibat kekerasan yg dia berikan padaku.
"Kau benar-benar keterlaluan!" aku menatapnya heran. Memangnya apa yang ku perbuat? dia menghela nafasnya keras dan menatapku tajam.
"Junmyeon oppa! Kau benar-benar keterlaluan padanya! Apa-apaan itu mengacuhkannya sampai begitu??" omelnya padaku.
"Aku kesal. Itu saja! Apanya yang keterlaluan?" ujarku yang membuatnya kembali melakukan kekerasan padaku. Kali ini, dia mencubit pipiku. Aku meronta-ronta meminta padanya untuk melepaskan cubitannya. Dia melepaskan cubitannya dan menoyor kepalaku. Astaga! Bagaimana bisa aku menganggapnya sebagai sahabatku, dia sangat kasar tanpa kelembutan sedikitpun.
"Aish~ neo jinjja! Kau ini terlalu berlebihan melakukan itu padanya. Cih! Hanya karna sebuah foto kau bahkan sampai mengacuhkannya seperti itu. Hey! Kalau dia benar-benar pergi dan tak ada lagi di sampingmu kau akan tau sendiri akibatnya!" aku terdiam mendengar kata-kata dari Shinra eonni. Benar. Bagaimana jika dia benar-benar pergi? ANDWAE! Tapi aku kan hanya ingin memberikannya pelajaran! Kali ini saja.
"Kenapa kau diam, eoh?" suara shinra eonni sontak membuatku sedikit terkejut.
"Aniya." jawabku.
"Kau memikirkannya kan?" tanya shinra eonni.
"Ani." elakku.
"Sudahlah, foto itu kan hanya masa lalunya. Percayalah, saat ini dihatinya hanya ada kau, Lee Jihyeon, tidak ada yang lain," ucap Shinra Eonni. Masa lalu. Kenapa telingaku begitu jeli menangkap kalimat itu? Ah iya, memang itu hanya masa lalunya. Tapi mengapa hatiku seolah menangkap bahwa itu bukan hanya masa lalu. Ah, apa ini pikiranku saja yang buruk tentangnya??
"Waeyo?" tanya Shinra Eonni.
"Kenapa wajahmu berubah seperti itu?" sepertinya shinra eonni menangkap perubahan perasaanku.
"Aniya," ucapku sambil berusaha tetap tersenyum seperti biasa.
"Kaja, kita pulang..." aku mengalihkan pembicaraan dan menarik tangannya.
***
Junmyeon POV
Aku tidak habis pikir dengannya. Kenapa dia marah padaku? Apa salahku? Setahuku hubungan kami akhir-akhir ini baik-baik saja. Bahkan kalau Jihyeon bersikap dingin pun, itu aku sudah tahu dengan benar dan aku tahu cara menghadapinya. Hanya saja kali ini aku merasa ada yang sedikit aneh dari sikapnya. Apa yang membuatnya marah?
"Hyung..." aku sangat kenal dengan suara itu.
"Bisakah kau menatapku biasa saja?" tanyaku saat mendapati pemilik suara itu sudah berada di hadapanku.
"YA! Hyung... kau selalu saja begitu!" ucapnya merajuk. Cih~anak ini! Bagaimana bisa laki-laki sepertinya merajuk seperti itu?
"Aku bercanda, Kyungsoo-ya." ucapku menahan tawa melihat bibirnya sudah mengerucut tak jelas. Dia Do Kyungsoo, hoobae-ku yang merangkap sebagai sahabatku dan kekasih dari sahabat kekasihku.
"Hyung, kenapa wajahmu hari ini terlihat tidak baik?" tanyanya sambil menatapku.
"Aniya..." aku berusaha menyembunyikan perasaan kalutku di hadapan Kyungsoo.
"Tidak usah bohong, Aku bisa melihat dengan jelas raut wajahmu memperlihatkan kau sedang tidak baik.” Katanya masih tetap menilik wajahku. Aku tersenyum meyakinkannya.
"Gwaenchana..." aku menepuk pundaknya berusaha meyakinkannya. Anak ini tidak akan berhenti bertanya kalau aku tidak berusaha menghentikannya.
"Biar ku tebak, ada hubungannya dengan Jihyeon kan? Ada apa lagi dengan gadis yang sanggup membuat hatimu skakmat itu, Hyung?" tanyanya dan berhasil membuatku sedikit tergelak. Gadis yang sanggup membuat hatiku skakmat? Apa itu? Kyungsoo bodoh!! Dapat darimana kata-kata seperti itu?? Aku tertawa mendengarnya, Kyungsoo mengernyitkan keningnya heran, mungkin heran karna aku tertawa padahal tidak ada yang lucu. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku masih tertawa dan segera ku tarik tangan Kyungsoo lalu mengajaknya pulang bersama.
***
Aku baru saja sampai rumah setelah tadi pergi bersama dengan Kyungsoo dan Baekhyun. Aku menghempaskan tubuhku di kasur. Aku mengambil ponselku dibalik saku celanaku. Aku mendengus sebal melihat layar ponselku tidak menampilkan gambar pesan apapun. Dia tak juga membalas pesanku yang ku kirim setengah jam lalu. Aku mengingat kejadian di sekolah tadi,dia tiba-tiba saja mengacuhkan aku dan membiarkan aku terus mengejarnya seperti orang yang kurang kerjaan. Aku panggil dia tak jawab, aku bertanya dia malah menjawabnya lewat pesan. Ini tidak seperti Jihyeon yang biasanya, dia sebenarnya orang yang begitu dingin -terhadapku saja- .
Kalau boleh bercerita tentang awal aku mengenalnya atau menyukainya adalah karna aku dikenalkan Kyungsoo yang notabennya adalah pacar dari sahabatnya, Shinra. Pertama kenal dengan ku pun dia sangat pendiam dan benar-benar sangat jutek, tapi entah kenapa aku begitu tidak bisa melepaskan diri untuk tidak menatapnya. Disebut First Sight kah? Mungkin. Aku tidak bisa memungkiri bahwa pertama kali bertemu dengannya dan sampai sekarang pun mataku selalu terfokus padanya.
Aku menatap layar ponsel ku jenuh. Sudah hampir lumutannya aku menunggu balasan darinya. Karna aku sudah hampir gila ku putuskan untuk menelpon seseorang yang ku anggap adalah seseorang yang sangat dekat dengan Jihyeon.
“Yeobseo..” Jawab seseorang di sebrang sana.
“Shinra~ya, neo eodiga?” Ya, aku menelpon Shinra karna dia satu-satunya orang terdekat Jihyeon dan satu-satunya pusat informasiku tentang Jihyeon.
“Aku dirumah oppa. Waeyo?” tanyanya.
“Ah~ apa Jihyeon bersamamu?”
“Jihyeon? Tidak Oppa, dia ada di apartmennya. Tidak kemana-kemana. Oppa kesana saja” jawabnya. Aku mengangguk mengerti walaupun aku yakin Shinra tak melihatnya.
“Baiklah. Gomawo..”
Tuut. ..Aku menutup teleponnya. Aku mengambil jaket dan kunci mobil bergegas menemui Jihyeon di apartmennya. Semoga dia tidak mendiami aku lagi seperti ini dan semoga dia mau menjelaskan alasannya kenapa dia tiba-tiba berubah seperti tadi.
Tak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke apartemen Jihyeon yang berada di daerah Apgujung. akupun segera menuju ke lantai 26. Sembari menaiki lift menuju ke apartement Jihyeon, jujur hatiku berdebar dengan kencang dan pikiranku terus tertuju pada Jihyeon. Kenapa dia selalu berada dalam pikiranku? Benar-benar telah merebut perhatianku.
10 menit kemudian, akhirnya sampai juga. Ku tekan beberapa digit angka yang merupakan password untuk masuk ke apartment Jihyeon. Beruntung aku mengetahuinya. Ya walaupun secara tidak sengaja ketika saat itu aku mengantarnya pulang dalam keadaan sakit.
Pintu apartemen Jihyeon terbuka setelah aku menekan rangkaian nomor itu. Ternyata Jihyeon belum menggantinya. Akupun segera masuk ke apartment bernuansa hijau lime itu. Ternyata sangat sepi. Kemana Jihyeon? Tapi laptop-nya menyala. Akupun memberanikan diri untuk mendekat ke laptop itu dan entah apa yang mendorongku, tapi tiba-tiba aku ingin membuka beberapa folder dalam laptopnya itu.
Jujur, aku tak dapat menahan rasa bahagiaku ketika ku temukan sebuah folder yang berisi foto-fotoku dan beberapa selcaku dengannya. Untuk apa dia menyimpannya? Bahkan sengaja membuatnya dalam satu folder dan menamai folder itu dengan nama 'special'. Apakah aku orang yang special baginya? Aigoo, kenapa aku jadi teramat percaya diri seperti ini? Tapi rasa bahagia ini, ah aku bahkan tak dapat mengontrol pikiranku.
Tiba-tiba saja mataku tertuju pada sebuah handpone berwarna putih yang tergeletak di samping beberapa buku. Baru saja aku membukanya, ku dapati lagi selcaku bersama Jihyeon yang menjadi wallpapernya. Aigoo, Jihyeon-a, apa kau begitu menyukaiku? Ah jamkkanman, kenapa aku sepercaya diri ini? Junmyeon-a, jangan hanya karena Jihyeon menyimpan photomu lantas kau dengan mudah menyimpulkan dia menyukaimu. Babo gateun na!
Lagi-lagi mataku tertuju pada sebuah photo yang terselip di buku Psikologi yang menjadi kesukaannya. Aku harap itu photo-ku bersamanya lagi. Akupun mengambil photo itu.
"Photo ini...." ucapku tanpa sadar. Aku terkejut. Photo ini..
Mataku membulat sempurna melihat photo yang ku genggam. Bagaimana bisa photo ini ada di tangan Jihyeon. Apa mungkin, dia marah karna photo ini??
"Neo??" aku terkejut bukan main mendengar teriakan Jihyeon. Aku menoleh ke belakang dan mendapatinya sedang menatapku murka. Dia melihat photo yang ku genggam. Dengan cepat aku menyembunyikan photo itu dibelakang tubuhku. Jihyeon menatapku curiga, dia melirik bukunya yang dia simpan di meja yang pasti sudah dalam posisi terbuka dan photo itu sudah tidak ada.
"Hah..kau mencari ini?" tanyaku sambil memperlihatkan photo yang ku genggam. Dia nampak terkejut dan dengan cepat melangkah mendekatiku berusaha mengambil photo itu. Ternyata benar! Dia marah karna photo ini. Astaga! Kekanakan!
Aku mengangkat tanganku ke atas membuatnya agak kesusahan untuk mengambil photo itu. Tentu saja tinggi badannya hanya 160 cm jauh dengan tinggi badanku. Dia nampak menyerah setelah hampir 5 menit aku membuatnya berjinjit tak berhenti untuk mengambil photo itu. Sebegitunya...
Dia mengembungkan pipinya kesal dan pergi menuju dapur. Ku lihat dia mengambil gelas dan mengisinya dengan air. Dia menuju arahku, oh baiknya dia mengambilkan ku segelas air. Tapi,aku salah! Dia hanya melewatiku dan duduk di sofa ruang tengah dan mulai menonton TV. Aku diacuhkan lagi. Aku menggelengkan kepalaku keras dan berjalan menuju sofa kemudian duduk disebelahnya. Aku menatapnya yang terlihat fokus menonton televisi. Aku mengelus pelan rambutnya yang panjang. Entah mengapa setelah aku tau alasannya dia marah padaku hanya karna photo itu, perasaanku benar-benar bahagia. Ya, tentu saja aku bahagia, dia cemburu padaku!
"Jihyeon-a..." ucapku sambil membelai rambut panjang kecoklatannya itu. Tapi Jihyeon tidak menghiraukanku dan masih fokus pada televisi yang aku tahu sebenarnya tidak ia tonton itu.
"Kau marah padaku karena photo itu?" tanyaku.
"Aniya!" jawabnya dingin. Ya Tuhan, apa gadis ini terlahir di kutub utara? Mengapa dia begitu dingin dan semakin dingin ketika sedang marah, tidak maksudku cemburu.
"Lalu kenapa?" Lanjutku. Dia melirikku sekilas.
"Aku tidak ingin berbicara lebih banyak denganmu." ucapnya sambil mematikan televisi. Jihyeon beranjak. Tapi sebelum Jihyeon melangkah, aku sengaja menarik tangannya hingga tidak sengaja Jihyeon terjatuh tepat di pelukanku. Oh Tuhan, menatap wajahnya dari sedekat ini membuat jantungku semakin tak terkendali.
"Lepaskan!" ucapnya. Aku pun melepaskan pelukanku dari tubuh mungilnya itu. Tapi tidak dengan tanganku. Tanganku masih menggenggam tangannya dengan erat.
"Katakan kenapa?" aku menatapnya tepat ke manik matanya. Dia balas menatapku, tapi lebih tajam.
"Sudah ku katakan aku tidak ingin bicara denganmu." Ujarnya masih tetap menatapku. Kalau dia tidak marah, sudah ku pastikan detik ini juga aku menciumnya. Huh!
"Kalau begitu, tuliskan dan aku akan membacanya," ucapku sengaja sedikit menggodanya. Ku lihat Jihyeon tampak semakin kesal.
"Bukankah memang selalu begitu yang kau lakukan?" tanyaku. Dia nampak berpikir.
"Baiklah," ucapnya sambil mengambil handphonenya yang tergeletak di meja. Beberapa menit kemudian, ponselku berdering.
From: Angelic JH
"Aku tidak ingin melihatmu. Pulanglah!"
Apa? Hanya kata-kata ini? Astaga bahkan dia mengusirku.
"Jihyeon-a, kali ini, tolong jawab aku, kau marah karena photo itu?" Jihyeon tidak menjawab bahkan hanya memalingkan wajahnya seolah dia benar-benar tidak ingin melihatku.
"Baiklah, darimana kau mendapatkan photo itu?" Lanjutku. Jihyeon masih juga tidak menjawabku.
"Jihyeon-a," ucapku kali ini sambil membalikkan tubuhnya, membuatnya berhadapan denganku.
"Apa yang kau lakukan?" tanyanya yang terlihat terkejut. Aku sedikit menelan ludahku. Jarak wajahnya denganku begitu dekat. Aku menarik nafasku pelan berusaha menenangkan jantungku yang begitu sudah berdetak sangat kencang.
"Aku hanya ingin mendengar jawabanmu." ucapku sambil menatap tepat ke matanya. Lagi-lagi Jihyeon memalingkan wajahnya.
"Jihyeon-a..." ucapku sedikit memelas. Jujur, aku benar-benar letih di perlakukan seperti ini terus olehnya.
"Aku... aku menemukannya di rumah Kyungsoo," ucapnya yang sukses membuatku menganga.
"Mwo? Dirumah Kyungsoo?? Lalu kau mengambilnya begitu?" Dia mengangguk pelan. Aku tertawa melihat tingkahnya. Astaga! Aku bahkan sangat yakin kalau Kyungsoo sendiri tidak tahu kalau foto ini sudah diambil olehnya. Dia menatapku tajam, aku menghentikan tawaku dan mengacak rambutnya gemas. Kelakuannya ada-ada saja.
"Jadi, benar kau cemburu kau karna foto ini?" tanyaku. Dia menggelengkan kepalanya. Aku mengangkat alisku heran. Lalu dia menatapku. Aku merasa ada yang aneh dari tatapannya. Kenapa dia menatapku seperti itu? Tidak biasanya. Jujur aku sedikit khawatir karena ini dan mengantisipasi apa yang akan dia katakan.
"Siapa yeoja itu?" tanyanya secara tiba-tiba. Pertanyaannya yang tiba-tiba itu membuatku sedikit tersentak.
Author POV
Jihyeon menatap Junmyeon tajam. Matanya cukup menyiratkan sebuah kemarahan, perasaan yang dia pendam. Mungkin kali ini ia akan mengeluarkan semua amarah itu.
"Siapa yeoja itu?" tanya Jihyeon tiba-tiba. Mendengar pertanyaan Jihyeon, Junmyeon sontak sedikit terkejut dan hanya menatap Jihyeon.
"Siapa yeoja itu?" tanya Jihyeon kali ini dengan nada yang sedikit meninggi. Wajah Jihyeon memerah, seolah menahan amarah dan menahan tangis yang sejak beberapa hari lalu ia pendam.
"Bukan siapa-siapa, Jihyeon-a.." ucap Junmyeon sambil menyentuh pipi Jihyeon dengan kedua tangannya.
"Bohong!" ucap Jihyeon sambil menepis tangan Junmyeon. Junmyeon terdiam dan menatap wajah Jihyeon yang semakin memerah. Junmyeon menarik nada berat.
"Sudah ku katakan, yeoja itu sungguh bukan siapa-siapa. Kenapa kau masih tak mempercayaiku?" tanya Junmyeon frustasi. Jihyeon menatap Junmyeon dengan mata yang berkaca-kaca. Sesak. Itu yang Jihyeon rasakan saat ini. Bahkan secara perlahan, cairan bening itu mulai keluar dari mata indahnya dan mengalir menuruni pipinya.
"Seharusnya aku yang marah, bukan kau!" ucap Jihyeon rendah namun tegas. Junmyeon kembali terdiam dan hanya menatap Jihyeon yang tengah menatapnya dengan cairan bening yang semakin deras mengalir di kedua pipi chubbynya.
"Kau pikir aku bodoh, hah? Kau pikir aku tidak tahu apa yang ada dalam pikiranmu?" tanya Jihyeon.
"Aku..." ucapan Junmyeon tertahan. Dia bingung harus menjawab apa.
"Kau bahkan tak mengerti bahwa aku mencintaimu." ucap Jihyeon pelan namun terdengar begitu jelas di telinga Junmyeon.
"Kau mencintaiku ?? Jadi selama ini kau mencintai ku ??” Junmyeon membulatkan matanya sempurna. Ucapan Jihyeon membuatnya begitu bahagia. Di satu sisi dia begitu terkejut tapi juga begitu membahagiakan. Bukan apa-apa, selama mereka menjadi sepasang kekasih, tepatnya 3 bulan lalu, Jihyeon tidak pernah sama sekali memberitahu perasaan yang sebenarnya pada Junmyeon dan itu membuat Junmyeon menyimpulkan bahwa Jihyeon hanya menyukainya dan sebenarnya tidak ada masalah untuk Junmyeon, toh membuat Jihyeon menjadi kekasihnya pun itu sudah cukup dan sekarang Jihyeon mengungkapan perasaan yang sebenarnya membuatnya begitu terkejut. Siapa yang tidak akan kaget dan bahagia??
"Benar kan. Kau tak tahu dan tak menyadari bahwa aku mencintaimu. Jadi selama ini kau anggap aku ini apa hah?" Jihyeon sedikit menaikkan nada kalimatnya membuat Junmyeon lagi-lagi hanya menarik nafas mencoba meredam kekesalannya. Detik tadi dia begitu bahagia, tapi mendengar Jihyeon berkata seperti tadi yang seolah-olah bahwa Junmyeon tidak mengerti-nya membuatnya kesal.
"Bukan begitu Jihyeon~ah. Aku hanya..hanya terkejut. Bukan! Bukan terkejut! Argh! Tolong percaya padaku. Hanya itu." erangnya frustasi. Susah sekali membuat gadis di hadapannya percaya padanya.
"Kau memaksaku percaya padamu dan mengabaikan perasaanku padamu. Bagus sekali. Aku bahkan ingin bertepuk tangan untuk ini. Bagus sekali. Bagaimana jika aku kecewa padamu?"
“Jangan seperti ini. Aku mohon. Dia hanyalah wanita yang bahkan tak aku lirik sama sekali keberadaannya. Dia hanyalah teman ku, aku tidak hanya berdua dengannya, masih banyak temanku yang lain. Aku bahkan tidak sadar telah dipotret. Kami sedang mengobrol dengan teman yg lain. Hanya itu. Kenapa susah sekali meyakinkanmu ??"
"Aku kecewa padamu. Kau pikir aku baik-baik saja setelah beberapa waktu lalu mendengarmu sedang menjalin hubungan? Aku sakit mendengarnya bahkan ketika ku dengarkan lagu kesukaanmu, aku menangis. Itu karenamu. Hanya karenamu. Dan sekarang, aku menemukan sebuah bukti. Apa jangan-jangan wanita itu yang dulu pernah menjalin hubungan denganmu? Tak bisakah kau merasakan sakitnya hatiku?" Junmyeon menatap Jihyeon tak percaya. Baru kali ini dia mendengar gadisnya berbicara seperti itu.
"Astaga! Jihyeon~ah! Kata-katamu terlalu mengada-ada!! Tidak ada yang seperti itu. Aku memang pernah menjalin sebuah hubungan dengan seseorang dan itu dulu, jauh disaat aku belum bertemu denganmu. Wanita yang difoto sama sekali tidak lebih bagiku, dia hanya sekedar teman . Dengarkan aku baik-baik Lee Jihyeon! Untukku, sekarang, besok, minggu depan, bulan depan, tahun depan, masa yang akan datang kau tetaplah prioritas utama bagiku. AKU MENCINTAIMU. AKU BENAR-BENAR MENCINTAIMU!!!" Junmyeon menekankan setiap kalimat yang diucapkannya. Gadis dihadapannya telah membuatnya begitu kelimpungan karena sifat keras kepalanya.
"Mencintaiku??? Benarkah? Cih!" Jihyeon menghapus kasar air matanya yang turun lagi. Dia juga tidak mengerti dengan perasaannya saat ini. Kesal, marah, cemburu begitu mendominasi pikiran dan hatinya saat ini.
"Kau ini sebenarnya kenapa hah?? Hanya dengan melihat foto itu kau seperti ini?? Ok. Aku tau kau mencintaiku dan itu membuat aku entah harus berkata apa, terkejut dan pastinya senang. Aku sudah mengatakan apa yang sebenarnya aku rasakan padamu selama ini. Terserah padamu kau mau percaya atau tidak. Tapi, aku hanya ingin kau pahami satu hal. 'Aku bukanlah lelaki seperti yang kau pikirkan' . Aku sangat tahu bagaimana tingkat kepintaran otakmu dan tolong berhenti lah berpikiran yang macam-macam ."
"Aku kenapa? Aku gila. Aku gila karena terlalu mencintaimu. Kau tau itu? Sejujurnya, aku ingin mempercayaimu bahwa kita memiliki perasaan yang sama. Tapi apa yang bisa kau lakukan untuk meyakinkanku?" ucapnya tetap bersikukuh dengan amarahnya. Junmyeon menggelengkan kepalanya keras. Jengah dan juga jengkel ikut merasuki hatinya.
"Kau ingin aku terjun dari lantai 26 ini untuk membuktikannya? Atau kau ingin melihat aku tertabrak mobil didepanmu untuk membuktikannya? Aku tidak sebodoh itu kalau kau ingin aku seperti ‘mereka’ dan maaf aku tidak bisa melakukannya. Karna kalau aku melakukannya siapa yang akan menjagamu? Siapa yang akan menghapus air matamu? Siapa yang akan membuatmu tersenyum? Siapa yang akan dengan senang hati menggenggam erat tanganmu? Siapa yang akan memberikan kehangatan untukmu? Dan aku tidak akan pernah rela memberikan setiap perlakuan yang aku berikan untukmu pada orang lain. Cukup aku dan hanya aku. Untuk sekarang aku hanya bisa mengatakan bahwa aku benar-benar mencintaimu." Jihyeon terdiam mendengar kata-kata yang diucapkan Junmyeon. Dia tidak tau sebegitu besarnya perannya dalam kehidupannya bagi Junmyeon. Mengucapkan kata-kata yang bahkan Jihyeon pun tidak pernah memikirkannya.
"Kau tidak perlu melakukan hal bodoh itu. Aku tidak ingin melihatmu menangis apalagi terluka. Karena lukamu sama saja dengan lukaku. Dan melihatmu terluka, aku beribu-ribu kali lipat merasakan sakit lebih dari yang kau rasakan. Maafkan aku..” Jihyeon menundukan kepalanya dalam dan mulai terisak. Junmyeon menarik nafasnya lega, setidaknya kata-kata yang dia ucapkan membuat Jihyeon sedikit melunak. Junmyeon menarik Jihyeon ke dalam pelukannya.
"Kau ini benar-benar sangat bodoh. Sangat bodoh! Hah~ Apa harus seperti ini dulu sampai akhirnya kita tau perasaan kita masing-masing?? Ini benar-benar menggelikan . Tapi, aku sangat senang. Kau bodoh, bodoh karena aku dan hanya padaku. Aku minta maaf karna tadi berbicara keras padamu. Dan terima kasih telah mencintaiku sebesar ini. Aku harap kadar cintamu padaku takkan pernah berkurang sampai kapanpun. Aku mencintaimu, Jihyeon-a." Ujarnya sambil mengelus pelan punggung Jihyeon lembut. Jihyeon mendongakan kepalanya dan mendorong tubuh Junmyeon sehingga pelukan itu terlepas.
“Aku bodoh. Iya, aku bodoh. Aku bodoh karena bagaimana bisa aku terlalu mencintaimu seperti ini? Cih..kau sangat beruntung mendapatkanku. Dan jika saja kau berani mengurangi kadar cintamu untukku,aku akan menghukummu." Katanya sambil menunjuk-nunjuk Junmyeon dengan telunjuknya yang membuat Junmyeon mencibir.
"Kau merusak suasana!! Memangnya kau akan menghukumku seperti apa?? Aku bahkan tak yakin kau bisa melakukannya? Hey, kau meragukan kadar cintaku? Seharusnya aku yang meragukannya, kau selalu membicarakan Kris Hyung atau Baekhyun pada Shinra. Kenapa aku tau? Tentu saja aku mengetahui apa yang kau lakukan. Dan.. ayolah jangan suka membahas tentangku sembunyi-sembunyi seperti itu. Menyimpan foto pribadiku hingga memenuhi ponselmu dan laptop mu. Memasang fotoku menjadi wallpaper-nya. Kau sangat mencintaiku Lee Jihyeon?" Ujarnya sambil tertawa penuh kemenangan. Bagaikan mendapatkan jackpot, begitu mengetahui bahwa Jihyeon-nya sangat mencintainya. Jihyeon menganga tak percaya, bagaimana bisa Junmyeon mengetahuinya? Padahal dia sudah berusaha menyembunyikan hal itu supaya Junmyeon tidak tau.
"Haish! Baiklah kalau kau tidak percaya aku bisa menghukummu. Aku bahkan akan menghukummu dengan pergi bersama Baekhyun atau Kris Oppa. Kau puas? Dan tunggu, siapa bilang aku memasang fotomu sebagai wallpaper hah? Cih...kau salah. Kau terlalu percaya diri, Junmyeon-sshi..." Elak Jihyeon.
"Mwohae?? Begitulah wanita. Selalu menghukum 'kami' dengan cara mengajak pria lain hanya untuk membuat 'kami' cemburu. Itu trik yang sangat klise, Jihyeonnie.. Cih~ berhentilah berpura-pura, Jihyeon yang manis . Ya ya ya.. Baiklah tak masalah kalau fotoku tidak kau jadikan Wallpaper ponselmu setidaknya aku menjadi wallpaper dihatimu. Itu lebih penting untukku." Lagi, Junmyeon tertawa keras. Jihyeon mengembungkan pipinya kesal.
"Bagaimana jika aku nyatakan aku lebih menyukai Kris Oppa yang lebih berkharisma darimu? Atau kunyatakan aku lebih menyukai Baekhyun karena dia sama gilanya denganku? Nampaknya aku benar-benar perlu menghukummu. Tapi hukuman apa yang pantas untukmu ya? Dan, lagi-lagi kau terlalu percaya diri. Wallpaper di hatiku? Benarkah? Bagaimana jika dihatiku masih ada LEETEUK OPPA? Apa yang akan kau lakukan hem?" Ujarnya yang membuat Junmyeon meliriknya kesal.
“Kau sedang membanding-bandingkan aku?? Aku memang tidak setampan dan tidak berkharisma seperti Kris Hyung, aku tidak segila -yang kau maksud- Baekhyun, aku tidak sebaik dan seromantis Leeteuk Hyung. Tapi setidaknya hanya aku yang akan membuatmu bahagia. Dan aku jamin itu.”
“Eish..Kau selalu saja terlalu percaya diri, Junmyeon~sshi! Bagaimana jika suatu hari nanti aku kembali pada LEETEUK OPPA? Ah, itu nampaknya hukuman yang tepat untukmu.” Junmyeon terdiam.
Perkataan Jihyeon sedikit membuatnya kembali mengingat kejadian dulu. Leeteuk. Seseorang yang begitu di hormatinya dan juga seseorang dari masa lalu gadisnya. Dia sangat tahu bagaimana gadisnya begitu mencintai Leeteuk dan membuatnya susah untuk mendekatinya. Dia juga sangat tahu bagaimana gadisnya begitu amat terpukul saat harus berpisah dengan Leeteuk. Bagaimana gadisnya sampai menutup hati pada laki-laki lain. Sampai akhirnya dia begitu nekat untuk mendekati gadisnya dengan cara apapun. Jihyeon menatap lelaki di hadapannya penuh kemenangan, dia berpikir bahwa hanya dengan cara itu dia bisa membuat Junmyeon mengalah padanya. Junmyeon menarik nafasnya pelan dan menatap Jihyeon.
“Aku tidak bisa memaksamu untuk tetap berada disampingku kalau memang suatu saat nanti kau ingin kembali pada Leeteuk Hyung. Aku tidak bisa menahanmu pergi, itu hak mu dan bukan hak ku untuk melarangnya. Perasaanmu, kau sendiri yang rasakan. Kalau kau pikir aku tidak memperjuangkan cintaku padamu, itu salah besar. Hanya saja, aku harus benar-benar menerimanya, kemana kebahagianmu itu berada dan pada siapa perasaanmu berada. Dengarkan aku baik-baik Lee Jihyeon. Aku hanya lelaki biasa yang terkadang akan merasa jengah dan juga bosan. Aku lelaki biasa yang bisa menyakiti hati siapapun bahkan sekalipun padamu. Aku hanya ingin meminta padamu, tolong bimbing aku dengan baik sebelum aku benar-benar melakukan hal yang akan menyakitimu. Tolong bantu aku menjadi lelaki yang benar-benar pantas untuk berada disampingmu walaupun masih begitu banyak kekuranganku. Bisakah? Dan aku yakin kau akan membantuku dengan baik.” Ujarnya sambil tersenyum.
“Kenapa kau menyerah seperti itu? Tapi aku senang mendengarnya. Terima kasih. Terima kasih telah mencintaiku sebesar itu. Aku tidak tau apa yang harus aku katakan. Aku terharu mendengarmu mengatakannya. Terima kasih. Dan kita ditakdirkan untuk saling melengkapi satu sama lain. Aku juga sadar akan banyak kekuranganku bahkan terkadang aku merasa tidak pantas berada di sisimu. Tapi aku yakin, kau ditakdirkan untukku. Kita ditakdirkan untuk bersama dan saling melengkapi satu sama lain. Kita harus bisa saling memperbaiki kesalahan. Bukan mempertengkarkannya. Aku akan memberikan yang terbaik untukmu,semampuku. Akan tetap berusaha di sampingmu selama detak jantung ini sanggup berdetak dan selama nafas ini masih bisa ku hirup, di tempat yang sama bersamamu. Selama ada kau disisiku,aku akan bertahan. Terima kasih telah hadir ke dalam hidupku. Haruskah aku mengatakan lagi bahwa aku mencintaimu?” Jihyeon menatap Junmyeon dalam. Dia begitu merasa orang yang paling beruntung dicintai sebesar ini oleh nya.
“Aku tidak menyerah Jihyeonnie..Hanya saja, seperti yang aku katakan tadi itu bukan hak ku. Sebenarnya aku bisa saja menahanmu pergi dan membuatmu tetap berada disampingku, tapi apa untungnya untukku kalau pada akhirnya kau tidak bahagia? Tujuan hidupku adalah membuatmu bahagia berada di sampingku. Kalau kau tak bahagia?? Aku merasa tujuan hidupku hancur dan gagal hanya karena keegoisanku. Walaupun kau bahagia bukan di sampingku dan bukan karena untukku, setidaknya aku telah membuatmu bahagia karena kau menemukan kebahagianmu itu. Terima kasih untukmu juga karena telah menjadi tujuan hidupku, telah menjadi kebahagianku. Maaf, aku belum bisa menjadi sesempurna yang kau inginkan. Tapi, aku akan menjamin kebahagianmu hanya ada ditanganku dan hanya KARENA KU. Dan..Aku yang lebih mencintaimu dari apapun…” Junmyeon mengelus rambut Jihyeon penuh kasih sayang.
“Aku tidak membutuhkan kesempurnaanmu. Aku hanya membutuhkanmu untuk membuatku bertahan,untuk membuatku tetap hidup. Membuatku merasa dicintai dan mencintai. Seperti apa katamu, membuatku bahagia dan aku juga akan berusaha membuatmu bahagia. Walau mungkin, aku tidak akan bisa membuatmu bahagia seperti kau membuatku bahagia. Aaafkan aku. Eung... Joonmyun-a.. Bagaimana jika aku memintamu membuatku benar-benar memiliki hak atas diriku? apa kau akan mengabulkannya?”
“Aku bukan Tuhan, Jihyeonnie.. Jangan meminta padaku. Tapi, kalau memang kau menginginkannya aku akan berusaha semampuku untuk menjadi apa yang kau inginkan. Tapi, aku benar-benar butuh bimbingan dan bantuanmu untuk melancarkan tujuanku dan juga tujuanmu. Dan.. jangan pernah salahkan aku kalau suatu saat nanti seluruh cintamu benar-benar aku rampas. Bagaimana ? Tidak keberatan?”
“Haish.... kenapa kau jadi begitu bodoh? Apa karena terlalu mencintaiku kau menjadi sangat bodoh seperti ini? Apa kau berpura-pura tidak mengerti maksudku hmm? Maksudku..ah kau pikirkan saja sendiri. Jika kau mengerti, maka aku akan mengijinkanmu membawa seluruh cintaku. Bagaimana?” Junmyeon mengacak-ngacak rambut Jihyeon pelan. Kemudian menggengam erat tangan Jihyeon.
“Aku mengerti dengan baik Lee Jihyeon. Hanya saja,kau terlalu cepat memintaku seperti itu. Aku takut disaat aku akan berhasil membuatmu 'jatuh' padaku disaat yang bersamaan pula kau malah menjauh dariku. Entah lah, aku hanya merasa takut sendri kalau berpikiran seperti itu. Aish~ dan aku mohon jangan pernah kau menjauh dari jarak pandangku. Mengerti? Sabar dan tunggulah, aku akan benar-benar membawamu masuk kedalam hatiku. Kau hanya perlu bersiap-siap saja.”
“Kenapa kau bisa berpikir aku akan menjauh darimu? Apa kedekatanku dengan Kris Oppa juga Baekhyun dan masa laluku bersama Leeteuk Oppa mengganggumu? Katakan apa yang kau takutkan? Percayalah, selama kita bersama, tidak ada yang harus kau takutkan. Eung... dan mengapa kau juga berpikir aku akan menjauh dari jarak pandangmu?Ssedang tidak melihatmu barang satu menit saja aku merasa takut kehilanganmu. Apa kau percaya padaku??”
“Jeongmal?? Hahaha.. Tuhan.. terima kasih karna telah memberiku otak yang dapat benar-benar bekerja dengan baik. Kau begitu mencintaiku sampai seperti ini? Aku tak heran sih, aku memang lah lelaki penuh cinta.” Ucapnya yang membuat Jihyeon memukul tangannya keras.
“Hey, jangan memulainya. Jangan pernah mengungkit masa lalu. Itu bukan alasanku kalau kau pikir aku begitu takut karna kedekatanmu dengan Kris Hyung atau masa lalumu dengan Leeteuk hyung. Hanya wajar saja kan aku berpikir seperti itu? Iya, aku tau kau tidak akan pernah jauh dari jarak pandangku. Aku was-was saja, chagiya~ Karna sekarang kau berhak atas ku dan aku berhak atas mu, sepertinya aku harus melakukan ini..”
Chu~
Tiba-tiba Junmyeon mencium bibir Jihyeon cepat. Jihyeon terkejut bukan main. Matanya membulat sempurna. Junmyeon melepaskan ciumannya dan terkekeh melihat wajah Jihyeon. Jihyeon tersadar dan memukul keras tangan Junmyeon. Wajahnya memerah, malu dan marah dalam waktu bersamaan.
“YA! Kenapa... eung... aish... kau seharusnya minta izin dulu padaku. Aku.... aaahh setiap apapun yang akan kau lakukan, pokoknya kau harus minta izin dulu padaku. Jangan pernah berlaku secara tiba-tiba.” Ujarnya sambil menundukan kepalanya. Menyembunyikan semburat kebahagiaan dirinya.
“Hahaha..Kau malu ya?? Tidak perlu seperti itu.. Karna sepertinya aku akan melakukannya sesuka hatiku. Aku tidak perlu izin darimu kalau yang aku lakukan juga menguntungkan untukmu, eum?? Kau tau? Kau terlihat manis saat seperti ini. Lee Jihyeon, maaf sepertinya kau akan terus mendengar ini setiap waktu. Aku.. Kim Junmyeon benar-benar mencintaimu. Jeongmal saranghae, Jihyeonnie~” Junmyeon kembali memeluk Jihyeon. Kali ini lebih erat. Dia membenamkan kepalanya pada leher Jihyeon. Mencium aroma lavender dari tubuh gadisnya.
“Kenapa dengan otakmu? Nampaknya berada di dekatmu membuatku terancam. Tapi, aku senang bisa mendengar detak jantungmu, Oppa...Tetaplah seperti ini, hingga waktu 'itu' yang hanya bisa memisahkan kita. Aku sangat mencintaimu....” Jihyeon membalas pelukan Junmyeon.
Junmyeon tersenyum lebar. Hatinya kini entah bagaimana bentuknya, rasanya begitu membahagiakan dan juga melegakan. Tahu gadisnya mempunyai perasaan yang sebesar ini padanya. Rasanya tidak sia-sia mengorbankan apapun untuk gadis yang dipeluknya saat ini. Karena sekarang tujuan hidupnya begitu sangat dekat dan mudah diraih.
Jihyeon memeluk Junmyeon erat. Mendengar jantung Junmyeon yang begitu berdetak cepat membuatnya merasa nyaman. Hatinya dan pikirannya begitu terasa bersih karena dia telah mengeluarkan semua perasaan yang dia pendam selama ini kepada orang yang begitu tepat baginya. Tujuan hidupnya dan hidup Junmyeon ternyata sama. Dia begitu bahagia karna tujuan mereka mudah diraih bersama-sama karna tujuan mereka adalah bahagia bersama sampai waktu ‘itu’ datang memisahkan mereka
~ THE END ~
Author Nisyana :
Astaga!!! Untuk siapapun yang baca FF ini mending sambil denger lagunya Astrid & Tim Hwang – Saranghamnida!! Feelnya berasa banget. Aku aja ampe pengen nangis dan terharu. Rasanya jatuh cinta sama Junmyeon, tapi ntar pasti di gorok ma Jihyeon. Ntar aku ga dikasih jatah ma DiO. HAHAHA :D *abaikan* Author Nisyana cuma mau bilang aja, FF ini sebenarnya bener-bener ga disengaja. Kita berdua lagi online bareng, si author Jihyeon tiba-tiba curhat kalo dia lg patah hati ma Junmyeon. Eh, tau-tau kita berdua malah dialog-dialog, karna kita ngerasa ini bagus akhirnya disepakati buat di bikn FF . Ya..pokoknya gitu lah.. Buat yang baca semoga pada suka aja ya..Maaf klo banyak Typo yang bertebaran ^^ Salam manis dari Kekasih tercinta Do Kyungsoo….
Author JH_Nimm :
Untuk author Nisyana, tolong itu kondisi dimana saya lagi patah hati jangan dibahas. Hihihi~ Ini FF emang tercipta kebetulan banget. Yah itulah, efek saya patah hati *dibahas lagi* #abaikan
Pas lagi bikin dialognya itu, kita baca ulang dan itu sukses bikin nge-fly. Gila! Terutama peranku di sini kan sebagai Jihyeon, astaga denger kata-kata Kim Junmyeon berasa beneran aja gitu. Feelnya dapet banget. Malah pas pertama adegan bertengkar itu, saya nangis beneran sodara-sodara.
So far, jeongmal mianhamnida jika FF ini masih banyak kekurangannya dan jeongmal gamsahamnida untuk yang sudah RCL FF ini. Terima kasih atas apresiasinya… :D
Salam sayang dari Pengantin wanita Kim Junmyeon…
p.s) WANNA SEQUEL???
Comments
Post a Comment