YESTERDAY STORY
Black Romance
present…
A story by JH
Nimm
Title: Yesterday
Story
Also known as:
Yesterday Story
Genre:
Romance, Sad
Rating: T
(PG-15)
Length: 1 of 3
Cerita ini
adalah sebuah FIKTIF belaka, apabila ada kesamaan nama, tempat dan kejadian,
semata-mata karena ketidaksengajaan.
All casts are belong to God, but this is story is JH
Nimm’s.
Don’t re-share without my permission.
Don’t forget to leave your appreciation.
Happy reading… Thank you… :3
Note: yang di tulis miring adalah
FLASHBACK!!!
BGM:
Kang Nam of
M.I.B – What should I do?
Suzy of Miss A
and Bernard Park – Farewell Under the Sunshine
Acoustic
Collabo – Don’t be like that (High Society OST)
Cast(s):
Choi
Min Hye
Lee
Tae Yong
Kim
Jong In
Lee
Ji Hyeon (Tae Yong’s sister)
Lee
Sung Yeol
Lee
Cheon Sa
Park
Bo Gum (cameo)
Lee
Won Geun (cameo)
And
another casts.
== GLOSARIUM ==
1. Hyung:
Kakak (dari laki-laki
untuk laki-laki)
2. Arasseo:
Aku mengerti
3. Gwaenchanhayo:
Tidak apa-apa
4. Wae:
Mengapa, Kenapa, Ada
apa
5. Noona:
Kakak (dari laki-laki
untuk perempuan)
6. Eonni:
Kakak (dari perempuan
untuk perempuan)
7. Chukhae:
Selamat
8. Kaja:
Ayo
9. Mianhae:
Maafkan aku
10. Jeongmal
mianhae: Aku
benar-benar minta maaf
11. Ne:
Iya
12. Oppa:
Kakak (dari perempuan
untuk laki-laki)
13. Gamsahamnida:
Terima kasih (formal)
== PROLOGUE ==
Di usiaku, aku menyadari masih begitu banyak kekurangan
yang kumiliki.
Aku masih belum dewasa, aku masih belum matang dan aku
tidak bisa melakukan apapun dengan baik.
Hal terpentingpun, bahkan aku tak bisa menjagamu,
seseorang yang kucintai.
(July 18, 2015)
== CHAPTER 1 ==
Bulan purnama bersinar dengan
indahnya menerangi langit malam kota Seoul yang dingin malam itu. Meskipun
sudah memasuki pertengahan musim panas namun angin malam masih saja berhembus dengan
dinginnya. Seolah sang angin tak menghiraukan kedatangan musim panas yang
bahkan sinar matahari sanggup membakar di siang hari. Angin malam masih saja
dengan angkuh berhembus begitu dingin.
Di sebuah kamar bernuansa abu-abu
itu tampak seorang pemuda tengah menatap seorang pria yang sudah ia anggap
sebagai kakaknya sendiri. Pemuda itu adalah Lee Tae Yong. Ia menatap serius
pada seorang pria bernama Lee Sung Yeol yang sudah 3 tahun ini menjadi kekasih
dari kakaknya, Lee Ji Hyeon.
“Bukankah ada yang ingin kau
katakan?” tanya Sung Yeol.
Roman wajah Tae Yong yang semula
menandakan keseriusan itupun mulai berubah menunjukkan perasaan cemas dan
takut. Tangannya bahkan tampak bergetar, lidahnya kelu untuk mengungkapkan apa
yang sejatinya ingin ia ungkapkan.
“Hyung[1]…”
Setelah diam untuk beberapa saat,
akhirnya Tae Yong mulai memberanikan diri untuk membuka suaranya. Meskipun
memang suaranya terdengar bergetar. Menandakan bahwa ia semakin ketakutan untuk
mengucapkan setiap kata yang sejatinya ia tak sanggup untuk ungkapkan. Namun
bagaimanapun ia harus mengatakannya juga adalah sebuah pilihan yang memang
harus ia pilih.
Sung Yeol menatap Tae Yong. Ia mulai
menangkap bahwa ada sesuatu yang begitu Tae Yong takutkan. Sung Yeol pun meraih
bahu Tae Yong dan menatap Tae Yong. Melalui tatapannya, ia mencoba untuk
mengatakan bahwa Tae Yong hanya perlu mempercayakan padanya dan mengungkapkan
semuanya.
“Katakanlah…”
Meskipun ketakutan itu masih belum
sirna dari benaknya. Namun Tae Yong pun akhirnya menceritakan semua yang memang
ingin ia ceritakan pada Sung Yeol. Dengan seksama, Sung Yeol mencoba untuk
menjadi pendengar yang baik bagi Tae Yong dan mencoba untuk tidak memunculkan
reaksi yang akan membuat Tae Yong merasa tidak nyaman dan berhenti bercerita.
“Hyung,
kumohon jangan beritahukan hal ini pada Ji Hyeon Noona,” pinta Tae Yong.
Tanpa perlu menanyakan lebih lanjut,
Sung Yeol mengerti dengan permintaan Tae Yong. Ia tahu benar apa yang akan
terjadi jika saja Ji Hyeon mengetahui semua yang Tae Yong katakan padanya.
“Arasseo[2]…”
jawab Sung Yeol.
Tae Yong merasa sedikit lega telah
menceritakan apa yang sejatinya memang ia rahasiakan itu. Tae Yong berpikir,
setidaknya harus ada satu orang yang mengetahui rahasianya agar suatu hari
nanti ia tidak perlu kebingungan untuk bagaimana mencari bantuan atau mencari
solusi.
“Makan malam sudah siap…” ucap Ji
Hyeon seraya membuka pintu kamar Tae Yong.
Tae Yong dan Sung Yeol jelas
terkejut. Mereka takut bahwa Ji Hyeon akan mendengar apa yang baru saja mereka
bicarakan. Namun ketakutan itu perlahan memudar melihat reaksi Ji Hyeon yang
tak menunjukkan kemarahan ataupun kekecewaan.
Selama makan malam, tidak ada
perbincangan seperti biasanya. Ji Hyeon bahkan lebih banyak diam. Dengan
diamnya Ji Hyeon tersebut jelas menandakan bahwa memang ada sesuatu yang tidak
beres. Tae Yong dan Sung Yeol pun mulai merasa khawatir. Mereka tahu benar Ji
Hyeon.
“Biar ku bantu…” ucap Min Hye, Choi
Min Hye, seorang gadis yang merupakan teman dekat Ji Hyeon itu.
“Gwaenchanhayo[3]…”
jawab Ji Hyeon.
“Aku akan membereskannya, Noona istirahat saja,” ucap Tae Yong.
Ji Hyeon pun membiarkan Tae Yong dan
Min Hye untuk membereskan meja makan. Sementara Ji Hyeon dan Sung Yeol pun
menunggu di ruang keluarga.
“Wae[4]?”
tanya Sung Yeol.
“Tapi raut wajahmu menunjukkan bahwa
kau tidak baik-baik saja,” ucap Sung Yeol.
Tae Yong dan Min Hye pun ikut
bergabung di ruang keluarga. Namun saat Tae Yong datang, Ji Hyeon justru
beranjak dari duduknya dan menatap Tae Yong dengan tajam.
“Tae Yong-a…”
“Wae,
Noona[5]?”
PLAK!!!
Sebuah tamparan Ji Hyeon justru
mendarat tepat di pipi Tae Yong hingga menimbulkan bekas kemerahan. Sebuah
tamparan yang cukup keras membuat Sung Yeol dan Min Hye terkejut.
“Apa…”
PLAK!!!
Belum sempat Tae Yong melanjutkan
pertanyaannya, sebuah tamparan justru kembali mendarat sempurna dipipinya.
“Ji Hyeon-a, tenanglah…”
Sung Yeol mencoba menahan Ji Hyeon
saat Ji Hyeon hendak menampar Tae Yong lagi.
“Noona…”
“Apa yang sebenarnya ada
dipikiranmu?” tanya Ji Hyeon.
Tae Yong hanya menundukkan
kepalanya, ia sungguh tak sanggup untuk menatap kakaknya saat itu.
“Bagaimana bisa kau lakukan hal
itu?” tanya Ji Hyeon.
“Itu… terjadi begitu saja…” jawab
Tae Yong.
“Aku tahu Min Hye adalah gadis yang
baik bahkan sangat baik hingga aku mempercayakannya untuk membantumu belajar.
Tapi apa yang kau lakukan?”
“Eonni[6]…”
“Aku mendengar semua yang kau dan
Sung Yeol Oppa bicarakan!!!”
“Noona…”
“Kau harus mempertanggungjawabkan
perbuatanmu,”
Buliran bening perlahan mulai
mengalir di wajah Ji Hyeon. Ia sungguh tak pernah terpikirkan bahwa akan
seperti ini.
Tae Yong menatap Ji Hyeon yang saat
itu tengah menangis di pelukan Sung Yeol. Sung Yeol pun memberikan isyarat pada
Tae Yong untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
“Saat itu aku mabuk dan aku tidak
sengaja melakukannya pada Min Hye Noona,”
jelas Tae Yong.
Tae Yong pun berjalan mendekati Ji
Hyeon dan berlutut dihadapan Ji Hyeon.
“Noona…”
“Kau harus menikahi Min Hye,” ucap
Ji Hyeon.
“Noona…”
“Kau pikir apa yang akan keluarga
Min Hye lakukan jika mereka mengetahui bahwa puteri yang begitu mereka jaga
dikotori oleh pemuda yang bahkan masih belum dewasa sepertimu?” tanya Ji Hyeon.
“Noona,
aku berjanji bahwa aku akan bertanggungjawab. Aku akan mempertanggungjawabkan
semuanya. Aku akan menikahi Min Hye Noona,
tapi…”
Ji Hyeon menatap Tae Yong dengan
tajam.
“Tapi tidak dalam waktu dekat ini.
Aku masih membutuhkan waktu untuk mempersiapkan semuanya,” lanjut Tae Yong.
“Eonni,
gwaenchanhayo…” ucap Min Hye.
Ji Hyeon pun mengalihkan tatapannya
pada Min Hye.
“Aku akan menunggu sampai Tae Yong
siap dan aku juga akan mengurusi bayi ini dengan baik,” ucap Min Hye.
“Tapi bagaimana dengan keluargamu?”
tanya Ji Hyeon.
“Gwaenchanha,
aku akan menjelaskan semuanya pada mereka,” jawab Min Hye.
Min Hye pun membantu Tae Yong untuk
meyakinkan Ji Hyeon. Meskipun Ji Hyeon tahu benar akan adiknya itu. Namun
melihat ketulusan Min Hye, ia pun mencoba untuk ‘melepaskan’ Tae Yong dan
memberikan keputusan akhir pada Min Hye dan Tae Yong.
Flashback 5 months
ago…
Malam
itu seperti biasa Min Hye datang ke rumah Ji Hyeon. Kali ini ia datang dengan
membawa sebuah hadiah yang akan ia berikan untuk Tae Yong.
“Oh, Min
Hye-ya…” sapa Ji Hyeon.
“Apa Tae
Yong sudah pulang?” tanya Min Hye.
“Belum,
mungkin ia masih bersama teman-temannya,” jawab Ji Hyeon.
“Tidak
terasa, akhirnya Tae Yong bisa lulus dari SMA juga,” ucap Min Hye.
Min Hye
adalah seorang teman yang Ji Hyeon minta untuk membantu Tae Yong dalam
pelajarannya. Semenjak 3 bulan sebelum masa ujian, Min Hye mulai mengajari Tae
Yong sebagai tutornya.
“Apa ini
hadiah untuk Tae Yong?” tanya Ji Hyeon ketika melihat sebuah bingkisan berwarna
biru itu.
“Eung…”
jawab Min Hye. “Sebagai tutornya, mana mungkin aku tidak memberikan hadiah
untuk keberhasilannya,”
Tiba-tiba
ponsel Ji Hyeon berbunyi.
“Oh, wae?” jawab Ji Hyeon.
Segera
setelah menerima telepon dari Sung Yeol, Ji Hyeon pun bergegas untuk pergi.
“Min
Hye-a, maafkan aku, aku harus pergi. Ada pembunuhan di daerah Hongdae dan aku
harus ke TKP,”
“Gwaenchanha…”
Ji Hyeon
yang bekerja sebagai detektif di Kepolisian Elit Gangnam itu pun segera keluar
dan pergi. Sedangkan Min Hye menunggu kepulangan Tae Yong.
“Tae
Yong-a, chukhae[7]…” ucap Min Hye seraya menatap foto Tae Yong
yang terpajang di meja kecil di ruang tamu itu.
Saat
menatap foto Tae Yong, pikiran Min Hye menerawang dari saat pertama kali ia
bertemu dengan Tae Yong yang sangat malas dan pembangkang itu. Ia terbayang
akan perubahan yang dilakukan Tae Yong. Awalnya Tae Yong hanyalah remaja yang
sangat susah diatur, namun hari demi hari Tae Yong berubah menjadi pribadi yang
lebih baik. Bahkan hingga akhirnya Tae Yong bisa lulus dari SMA dengan nilai
yang cukup memuaskan. Ia merasakan ada kebanggaan tersendiri dalam dirinya.
BRAK!!!
Tiba-tiba
terdengar suara pintu yang terbanting. Min Hye pun segera menuju ke pintu untuk
melihat seseorang yang datang. Ia khawatir jika saja yang datang adalah
penjahat.
“Oh, Tae
Yong-a…”
Min Hye
pun segera menghampiri Tae Yong yang saat itu datang dan berjalan dengan
sempoyongan. Tercium bau alkohol dari Tae Yong. Ia mabuk. Min Hye pun segera
memboyong tubuh Tae Yong dan membawa Tae Yong kekamarnya.
“Kenapa
dihari kelulusanmu ini kau justru mabuk berat seperti ini?” tanya Min Hye.
“Karena
aku sangat senang,” jawab Tae Yong sembari tertawa kecil.
Min Hye
pun membantu Tae Yong menuju tempat tidurnya.
“Sekarang
beristirahatlah agar besok Ji Hyeon Eonni tak menemukanmu dalam keadaan mabuk,” ucap
Min Hye.
Min Hye
pun hendak keluar dari kamar Tae Yong untuk mengambilkan Tae Yong minuman
hangat. Namun tiba-tiba Tae Yong menahan tangannya.
“Wae?” tanya Min Hye.
Tanpa
jawaban, Tae Yong pun menarik Min Hye hingga Min Hye terjatuh ke tempat
tidurnya.
“Tae
Yong-a, lepaskan!!!” ucap Min Hye ketika Tae Yong mengunci tubuhnya.
Namun
Tae Yong tak menggubris ucapan Min Hye. Ia justru mencium Min Hye. Min Hye pun mencoba
berontak. Namun pemberontakannya sia-sia ketika Tae Yong justru memegangi kedua
tangannya.
“Noona, aku sangat menyukaimu,” ucap Tae Yong.
Tae Yong
menatap Min Hye tepat di kedua matanya. Min Hyepun kembali mencoba untuk
melepaskan diri, namun sayangnya justru Tae Yong semakin mengeratkan
genggamannya di tangan Min Hye. Tae Yong bahkan kembali mendekatkan wajahnya
pada wajah Min Hye hingga akhirnya kedua sayap bibirnya kembali menyapa bibir
Min Hye.
Flashback END…
***
Mentari pagi yang hangat kembali
menyapa kota Seoul. Cahaya mentari yang hangat itu pun mulai menghapuskan
jejak-jejak malam yang dingin dan meninggalkan buliran-buliran embun diatas
dedaunan. Kabut yang menyelimuti pun kini mulai memudar dan burung-burung
bersahutan dengan riangnya untuk menyambut sang mentari.
Di sebuah rumah bernuansa putih itu
tampak seorang gadis tengah menyiapkan sarapan pagi. Ia adalah Ji Hyeon yang
sudah bersiap untuk berangkat ke tempatnya bekerja.
“Tae Yong-a, aku sudah menyiapkan
sarapan,” teriak Ji Hyeon.
Tidak ada jawaban.
“Tae Yong-a…”
Ji Hyeon kembali memanggil Tae Yong,
namun masih juga tidak ada jawaban.
Masih tidak ada jawaban. Biasanya
Tae Yong selalu memberikan jawaban ketika Ji Hyeon memanggilnya. Ji Hyeon
penasaran, ia pun mendatangi kamar Tae Yong. Saat ia memegang kenop pintu Tae
Yong, justru tak terkunci. Ia pun membuka pintunya dan tidak menemukan Tae Yong
di sana. bahkan tempat tidur Tae Yong tampak rapi. Ji Hyeon pun mulai memeriksa
seluruh kamar Tae Yong.
“Kemana anak itu?”
Ji Hyeon pun menemukan sebuah surat
diatas meja belajar Tae Yong.
“Noona, maafkan aku.
Aku
membutuhkan waktu untuk menjernihkan pikiranku dari semua masalah yang datang.
Aku
tahu, aku masih terlalu muda dan bahkan aku masih memiliki begitu banyak
kekurangan.
Aku
menyadari bahwa aku masih belum dewasa untuk menghadapi permasalahan yang
kubuat sendiri.
Ini
bukan berarti aku melarikan diri dari kesalahan yang harus ku
pertanggungjawabkan, tapi aku sungguh belum siap. Aku masih membutuhkan waktu
untuk menenangkan pikiranku.
Aku
akan pulang setelah semuanya membaik. Aku janji.
Aku
titipkan Min Hye Noona padamu, tolong jaga dia dan anak kami
dengan baik.
Aku
akan kembali disaat waktunya tepat.
Salam
Lee
Tae Yong”
Sebuah surat singkat yang cukup
menjelaskan bahwa Tae Yong kabur. Ji Hyeon pun mengambil ponselnya dan mencoba
untuk menghubungi Tae Yong.
‘Nomor
yang Anda tuju sedang…’
Tae Yong tidak mengaktifkan
ponselnya.
“Kemana anak itu pergi?”
Ji Hyeon jelas kesal dan marah
dengan apa yang dilakukan oleh adiknya itu.
“Ji Hyeon-a…”
Saat Ji Hyeon masih mencoba
menghubungi Tae Yong, Sung Yeol datang untuk menjemput Ji Hyeon.
“Waeyo?”
tanya Sung Yeol.
Ji Hyeon pun menyerahkan surat yang
ditulis Tae Yong pada Sung Yeol.
“Kita harus mencarinya, mungkin saja
dia belum jauh,” ajak Sung Yeol.
Sung Yeol dan Ji Hyeon pun mencari
Tae Yong. Mereka mencari ke tempat-tempat yang sekiranya akan didatangi oleh
Tae Yong, namun mereka masih tak dapat menemukan Tae Yong. Ji Hyeon bahkan
mencoba menghubungi teman-teman Tae Yong, namun sayangnya mereka juga tak
mengetahui dimana Tae Yong berada.
***
Setelah selama satu hari mencari Tae
Yong, Ji Hyeon pun mulai kebingungan dengan bagaimana ia harus memberitahu Min
Hye.
“Apa yang harus kulakukan? Haruskah
aku memberitahu Min Hye?” tanya Ji Hyeon.
“Tentu saja,” jawab Sung Yeol.
“Tapi bagaimana aku
memberitahukannya?” tanya Ji Hyeon.
“Dengan mengatakan semuanya
sejujurnya,” jawab Sung Yeol.
Sung Yeol pun menggenggam tangan Ji
Hyeon dan menatap kekasihnya itu dengan hangat.
“Percayalah, jika kau mengatakan
semuanya dengan jujur, Min Hye juga pasti akan mengerti,” ucap Sung Yeol.
Ji Hyeon pun menganggukkan
kepalanya.
“Kita ke apartment Min Hye sekarang,” ajak Sung Yeol.
Sung Yeol pun memutar balik mobilnya
dan menuju ke jalanan yang akan membawa mereka ke apartment tempat Min Hye tinggal. Tidak membutuhkan waktu lama,
setelah 10 menit akhirnya mereka sampai di area parkiran apartment Min Hye.
“Kaja[8]…”
ajak Sung Yeol.
Sung Yeol dan Ji Hyeon pun turun
dari mobil dan segera menuju ke apartment
yang Min Hye tinggali. Sung Yeol pun menekan bel yang berada di apartment nomor 214 itu. Min Hye pun
membukakan pintu untuk Ji Hyeon dan Sung Yeol.
“Tidak biasanya kalian kemari…”
“Ada sesuatu yang harus
kuberitahukan,”
Min Hye menatap Ji Hyeon dan Sung
Yeol. Semburat khawatir mulai tampak diwajahnya.
“Min Hye-ya, mianhae[9]…”
Ji Hyeon pun menyerahkan secarik
kertas yang berisi surat yang dituliskan oleh Tae Yong itu pada Min Hye.
Setelah selesai membaca isi surat itu, Min Hye pun menatap Ji Hyeon. Buliran
bening itu mulai memenuhi mata Min Hye.
“Min Hye-ya…”
“Kami sudah mencari Tae Yong
ditempat yang sekirany akan Tae Yong datangi. Kami juga sudah menghubungi
teman-teman Tae Yong, tapi mereka juga tidak tahu dimana Tae Yong,” jelas Sung
Yeol.
“Eonni…”
“Min Hye-ya, mianhae, jeongmal mianhae[10],” ucap Ji Hyeon.
Ji Hyeon pun memeluk Min Hye.
“Sebagai seorang kakak, aku tidak
bisa mendidik Tae Yong dengan baik. Maafkan aku, maafkan atas ketidakdewasaan
Tae Yong,” ucap Ji Hyeon.
“Gwaenchanha,
Eonni,” jawab Min Hye.
“Bagaimana kau mengatakan bahwa kau
tidak apa-apa?” tanya Ji Hyeon.
“Aku tahu, Tae Yong pasti memiliki
alasan untuk melakukan semua ini. Aku juga percaya bahwa Tae Yong tidak mungkin
melarikan diri. Seperti yang dikatakannya, ia hanya membutuhkan waktu untuk
menjernihkan pikirannya. Aku juga yakin bahwa Tae Yong akan kembali,” jelas Min
Hye.
“Min Hye-ya…”
Ji Hyeon pun melepaskan pelukannya
dari Min Hye dan menatap Min Hye.
“Min Hye-ya, bagaimana jika mulai
saat ini kau tinggal dirumahku?” tanya Ji Hyeon.
Min Hye hanya menatap Ji Hyeon. Ia
belum dapat menangkap apa maksud Ji Hyeon.
“Kau mengatakan bahwa kau akan
merawat bayi itu, maka sebagai kakak Tae Yong, aku juga harus ikut
bertanggungjawab. Aku akan merawatmu dan bayimu. Aku akan memastikan bahwa
kalian selalu baik-baik saja. Juga untuk menunggu Tae Yong kembali,” jelas Ji
Hyeon.
“Aku pikir itu hal yang baik. Akan
terlalu beresiko jika kau tinggal sendirian di sini sedangkan setiap hari
kandunganmu akan semakin membesar. Untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan,
akan lebih baik jika kau tinggal dengan Ji Hyeon,” timpal Sung Yeol.
Min Hye tampak berpikir. Memang
tidak ada salahnya juga jika ia tinggal dengan Ji Hyeon dan memang benar apa
yang dikatakan Sung Yeol. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dan ia
pun membutuhkan seseorang untuk menjaganya.
“Min Hye-ya…”
Ji Hyeon dan Sung Yeol pun membantu
Min Hye untuk membereskan pakaian dan barang-barang Min Hye yang akan Min Hye
bawa ke rumah Ji Hyeon. Setelah semuanya selesai, Ji Hyeon, Sung Yeol dan Min Hye
pun menuju ke rumah Ji Hyeon.
****
Semakin hari kandungan Min Hye
semakin membesar. Dengan telaten Ji Hyeon merawat Min Hye dan bayinya agar
selalu sehat. Bahkan Ji Hyeon juga selalu mengantarkan Min Hye untuk
memeriksakan kandungannya pada dokter kandungan yang merupakan rekannya. Ji
Hyeon juga sesekali mengajak Min Hye untuk berjalan-jalan menghirup udara
segar. Terkadang Ji Hyeon juga mengajak Min Hye untuk berbelanja perlengkapan
bayi untuk menyambut kelahiran bayi Min Hye.
****
Seiring berjalannya waktu, bahkan
kali ini Min Hye bersiap untuk melahirkan, namun masih belum ada tanda-tanda
bahwa Tae Yong akan kembali.
“Anak itu benar-benar kurang ajar!”
ucap Ji Hyeon.
“Tenanglah…”
Sung Yeol mencoba menenangkan Ji
Hyeon yang memang tampak gelisah menunggu persalinan Min Hye itu.
“Bagaimana bisa disaat Min Hye akan
melahirkan anaknya justru ia masih belum menunjukkan batang hidungnya?” tanya
Ji Hyeon.
Terdengar suara tangisan bayi dari
dalam ruang persalinan.
“Bayinya sudah lahir,” ucap Sung Yeol.
Dokter dan perawat yang membantu
persalinan Min Hye pun keluar.
“Bagaimana keadaan Min Hye dan
bayinya?” tanya Ji Hyeon.
“Bayi dan juga ibunya baik-baik
saja. Mereka berdua dalam keadaan yang sangat baik,” jawab dokter.
“Syukurlah…” ucap Ji Hyeon dan Sung
Yeol.
Ji Hyeon dan Sung Yeol pun segera
menemui Min Hye yang sudah dipindahkan ke ruang perawatan.
“Min Hye-ya…”
“Eonni…”
“Bagaimana keadaanmu?” tanya Sung
Yeol.
“Bayi yang sangat cantik,” ucap Ji
Hyeon seraya menatap bayi yang tengah tertidur dipangkuan Min Hye itu.
“Apa kau sudah memberikannya nama?”
tanya Sung Yeol.
“Aku terpikirkan sebuah nama, Lee
Cheon Sa,” jawab Min Hye.
“Lee Cheon Sa?” tanya Ji Hyeon.
“Tae Yong bermarga Lee, jadi aku
juga memberikannya marga Tae Yong sebagai Ayahnya. Dengan lahirnya Cheon Sa, ia
seperti malaitkat kecil yang Tuhan berikan padaku. Maka aku akan memberikannya
nama Cheon Sa, karena ia seperti malaikat dan aku juga berharap bahwa saat
nanti Cheon Sa tumbuh besar, ia akan menjadi gadis yang sangat baik seperti
malaikat,” jelas Min Hye.
****
A few months later…
Di siang yang terik ini tampak Min
Hye tengah berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan. Ia tengah berbelanja untuk
bahan-bahan makanan yang akan digunakan untuk makan malam nanti karena Ji Hyeon
dan Sung Yeol yang telah resmi menjadi sepasang suami-istri itu mengundang
teman-teman detektifnya untuk makan malam bersama. Min Hye yang memang pandai
memasak itu menawarkan diri untuk membantu berbelanja dan menitipkan Cheon Sa
pada Ji Hyeon dan Sung Yeol selama ia pergi berbelanja.
“Tinggi sekali…” ucap Min Hye ketika
melihat bahan masakannya berada di tahapan paling tinggi.
Min Hye pun berusaha untuk
menjangkau bahan makanan tersebut meskipun memang tingginya tak memadai untuk
menjangkaunya.
“Aigoo…”
Tiba-tiba sebuah tangan meraih bahan
makanan yang hendak Min Hye ambil.
“Ini…” ucap seorang pria seraya
menyerahkan bahan masakan itu pada Min Hye.
Min Hye hanya menatap pria berkulit
kecoklatan itu.
“Berapa buah yang kau butuhkan?”
tanya pria itu.
“5 buah,” jawab Min Hye.
“Akan aku ambilkan,” ucap pria itu.
Pria tinggi berkulit kecoklatan
itupun mengambilkan 5 buah bahan masakan itu dan menyimpannya di keranjang
belanjaan Min Hye.
“Gamsahamnida[13]…”
ucap Min Hye.
Min Hye pun pergi untuk mencari
bahan masakan lain. Sedangkan pria itu masih menatap kepergian Min Hye dengan
sesungging senyuman yang terkembang diwajah tampannya.
‘Manis
sekali…’ batinnya.
To be continued….
Facebook link: https://www.facebook.com/notes/milky-daidouji/chaptered-infinite-sm-rookies-exo-yesterday-story-13/10207202683775821?pnref=story
Dreamers Radio link: http://www.dreamersradio.com/fan-fiction/1142/yesterday-story
Comments
Post a Comment